Lihat ke Halaman Asli

R. Syrn

pesepeda. pembaca buku

Punya Mobil tapi Kok Masih Mikirin BBM?

Diperbarui: 20 April 2024   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: uxdesign.cc

Sebenarnya hal ini sudah kepikiran sejak lama, tapi baru kesampaian menyampaikannya.  Perihal punya mobil tapi masih mikirin bahan bakarnya ini lucu memang.  Lebih-lebih saat di pom bensin ketemu mobil bagus tapi ikut umpel-umpelan di antrian bbm bersubsidi, kan aneh.  Padahal biasanya mogil bagus minumnya juga harus yang berkualitas untuk menjaga kondisi mesinnya.

Logikanya gini, saat sudah mampu beli mobil ataupun barang yang harganya cukup mahal, harusnya tak lagi terlalu memikirkan bbm atau perkara lainnya terkait barang yang dibeli.

Itulah yang namanya konsekuensi.  

Punya mobil konsekuensinya ya harus beli bbm supaya bisa jalan, beli oli untuk pemeliharaan, periksa mesin secara berkala, ganti ban tatkala sudah saatnya.   Semakin mewah mobilnya, memang semakin wah pula biaya operasionalnya.

Akan tetapi semua biaya itu kan terbayar dengan kenyamanan.  Value yang tak didapatkan dari kendaraan jenis lain.  Tak terpapar sinar matahari secara langsung, tetap merasa di kutub utara sementara pengendara motor di jalan serasa di gurun Sahara.

Jadi, tak usahlah rasanya meresahkan biaya terkait apa yang dipakai.  Apalagi sampai resah saat ada kenaikan harga bbm.  Tak perlu itu.  Pikiran aja caranya bersabar saat macet di jalan raya dan mengasah rasa ikhlas karena harus berbagi jalan dengan kendaraan lainnya.

Begitu pula halnya pemilik kendaraan lain.  Punya motor ya walaupun lebih irit dari mobil, tetap harus memperhatikan pemeliharaan motor secara berkala.  Walaupun biaya lebih murah, punya keterbatasan karena terbatas penumpangnya, dan kudu panas-panasan saat siang, dan harus punya jas hujan jika tak ingin basah-basahan.

Pun, bagi pesepeda.  Walaupun bebas tak mikirin bbm, tapi harus memperhatikan kondisi sepeda dan godaan upgrade spare part.  Juga sabar kala harus terpaksa menikmati asap kendaraan bermotor di jalan.  Juga tentu harus memperhatikan kondisi tubuh, ritme kayuhan, juga asupan makanan dan minuman yang cukup di sepanjang jalan.  Selain juga bersabar dengan kecepatan yang tak sebanter kendaraan bermotor.

Jadi, apapun yang digunakan di jalan untuk menuju titik tujuan dari titik asal berkendara.  Nikmatilah semuanya.  Sadari segala konsekuensi kelebihan dan kekurangan atas pilihan cara menuju tujuan.

Begitulah, pemikiran random di siang yang cukup panas ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline