Lihat ke Halaman Asli

Raja Lubis

TERVERIFIKASI

Pekerja Teks Komersial

Rekoleksi Memori, Suatu Hari di Ramadan Tahun 2000

Diperbarui: 2 April 2023   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi membangunkan sahur dengan peralatan seadanya/anakui.com

Alhamdulillah, 10 hari pertama Ramadan 2023 telah dilewati. Semoga apa-apa yang kita kerjakan di waktu tersebut, mendapat pahala dan bernilai kebaikan di sisi Allah SWT.

Setiap Ramadan memberikan cerita berbeda pada setiap orang. Tahun demi tahun kita menjalankan Ramadan dalam suasana yang berbeda. Entah itu dengan siapa kita saat Ramadan, di mana kita saat Ramadan, atau apapun yang kita lakukan saat Ramadan.

Mungkin ada yang Ramadan tahun ini adalah Ramadan pertama kalinya di negeri orang dan jauh dari keluarga. Ada juga yang mungkin pertama kalinya bersama dengan keluarga baru.

Saya tidak ingat kapan persisnya terakhir saya menghabiskan Ramadan dengan keluarga yang masih lengkap. Saya harus mencoba menjelajahi memori, untuk kembali ke waktu 23 tahun yang lalu.

Saat itu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Orang-orang pada heboh karena pada waktu itu kita merayakan lebaran dua kali dalam setahun. Saya mendengar, mereka menyebutnya "inilah keistimewaan 2000 sebagai tahun milenium".

Meski sekarang saya sadari, kita nggak pernah benar-benar merayakan lebaran dua kali dalam setahun. Ini hanya karena ada perbedaan sistem penanggalan antara kalender Masehi dan kalender Hijriah. Apa yang terjadi pada tahun 2000, akan berulang dalam beberapa waktu lagi ke depan.

Rekoleksi memori ini akan saya mulai dari karakter emak (ibu) yang menggoyangkan kasur membangunkan saya untuk makan sahur.

Ayo Ja, bangun makan sahur

Suara emak sayup-sayup terdengar. Dalam kesadaran yang masih setengah sadar saya terbangun. Lalu melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk mencuci muka.

Rupanya di depan rumah sudah ada dua teman saya menunggu, Bani dan Yora. Selepas mencuci muka, saya bergabung bersama mereka dan beberapa orang dewasa untuk keliling komplek membangunkan orang sahur.

"Sahur..sahur...sahur...sahur", saya mengikuti irama suara orang-orang sambil memukul tutup panci agar mengeluarkan bunyi.

Pukul setengah empat dini hari, saya kembali ke rumah. Saya tidak perlu repot memasak apapun, karena makanan untuk sahur sudah tersedia di meja. Ya, siapa lagi kalau bukan emak yang menyediakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline