Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Untuk Apa Melambai

Diperbarui: 14 September 2019   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tiba-tiba silhuet dirimu menari birahi di angkasa  Aku kembali jejaka dua puluh satu pecahkan anggur penuhi cakrawala Sekejap                                                     Kemudian semua diam angin berhenti aku luruh pada bumi memutih dua ratus purnama mati rasa

Aku ingin badai di dadaku bakar dirimu hingga sirna tak berbekas bersama janji yang dusta kesetiaan yang zombie tapi benci tidak pernah dewasa di genggaman waktu  dia selalu balita di relung nasib yang mungkin hidupkan cahaya di titian yang memisah

Untuk apa melambai tidak ada yang datang dan tidak ada yang pergi Selain ilusi yang kita asuh di ruang berkabut  berharap simanis yang membuat tertawa walau tahu semua samar di atas kursi goyang lalu  waktu; istirahat dalam damai dan esok jelita yang membuat pipimu merah jambu

Palembang, Sept. 2015.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline