Lihat ke Halaman Asli

Rahmad Alam

Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Apakah Seorang Pahlawan Membutuhkan Pengakuan?

Diperbarui: 10 November 2021   17:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Sumber: pixabay.com 

Pada hari ini tepatnya tanggal 10 November, diperingati sebagai hari pahlawan. Kita mengetahui bahwa tujuh puluh enam tahun yang lalu para pahlawan dengan gigihnya mempertaruhkan jiwa raga untuk mengusir para penjajah. Oleh karena itu, sangat harus kita untuk menghormati jasa-jasa mereka.

Penghormatan para pahlawan itu yaitu dengan menjaga keutuhan dan juga keamanan negara kita tercinta ini. Karena mereka telah berjuang bahkan merelakan nyawa mereka demi berdiri kokohnya tanah air tercinta ini. Menjaga peraturan serta kerukunan dapat menjadi suatu simbol penghormatan bagi mereka.

Namun ada yang membuat saya berpikir sejenak, yaitu apakah seorang pahlawan selalu mengharap pengakuan dari para penerusnya?. Apakah nama "pahlawan" selalu disematkan dari kita setelah kita melihat jasa mereka?. Lalu beberapa orang tokoh kemerdekaan yang mungkin bersebrangan pemikiran dengan kita, apakah mereka bukan seorang pahlawan?.

Pertanyaan mengenai pahlawan ini terus berkutat di pikiran saya. Sejatinya bagaimana seorang pahlawan itu dapat dijadikan pahlawan?. Mungkin yang jelas kita ketahui seorang dapat dianggap sebagai pahlawan jika telah melakukan suatu manfaat atau jasa bagi kehidupan kita saat ini dan kita mengakui akan manfaat dan jasanya tersebut.

Menjadi seorang pahlawan merupakan sebuah penghargaan terbesar bagi hidup seseorang. Tidak hanya para pahlawan nasional yang diakui namun juga beberapa pahlawan di sekitar kita seperti orang tua dalam keluarga dan pekerjaan seperti perawat, doktor, polisi, dan sebagainya.

Pekerjaan tersebut diakui oleh kita dan membuat kita memberi mereka gelar seorang pahlawan.
Walau begitu, kadang beberapa orang tidak kita sadari dan akui kebermanfaatan jasanya, baik di masa lampau atau masa sekarang.

 Bahkan mungkin dikarenakan suatu pergolakan politik saat itu membuat beberapa tokoh dikaburkan jasanya. Hal tersebut membuat mereka kadang dilihat sebagai pengkhianat maupaun penjahat.

Hal tersebut membuat keobjektifan gelar "Pahlawan" menjadi kabur. Bahkan banyak orang juga masih secara subjektif menerima jasa para pahlawan. 

Pandangan yang subjektif ini berasal mungkin dari pilihan politik dan pandangan tertentu. Gelar pahlawan menjadi gamang dikarenakan persepsi setiap orang.

Kita hanya dapat mengetahui sesiapa saja para pahlawan nasional dari pengesahan pemerintah terhadap suatu tokoh. Sedangkan pemerintah berdiri dari kekuatan politik yang mendominasi atau mengalahkan pemilu. Mungkin saja beberapa gelar pahlawan dipergunakan untuk propaganda menguatkan partai sendiri ataupun menjatuhkan lawan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline