Lihat ke Halaman Asli

Pengantin Berkebaya Hitam

Diperbarui: 29 Agustus 2023   13:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 ghttps://id.pinterest.com/pin/681239881146972262/ambar

Deru mesin jahit terdengar nyaring, suaranya yang keras memenuhi ruangan. Bersamaan terdengar bunyi gunting yang membelah kain, potongan demi potongan kain terhampar di atas meja membentuk pola pakaian. Kemudian disambung kembali potongan itu menjadi bagian yang utuh. Sebelum malam menjelang  mesin itu sudah berhenti terdengar. Begitu hening, tidak ada suara mesin jahit yang bekerja kembali. Berganti suara jangkrik yang menyelimuti keadaan di malam hari.

Selesai sudah pekerjaan Deppo. Baju pesanan pelanggannya sudah rampung dikerjakan. Sejenak ia membolak-balikkan baju itu untuk mengecek jika ada benang yang keluar atau kain yang salah dijahit.

Dalam hitungan enam bulan sejak kepindahannya ke kota sudah banyak pelanggan yang berdatangan. Walaupun penghasilan jahit-menjahit baju tidak seberapa, tetapi sudah cukup memenuhi kebutuhan sekaligus membayar sewa kontrakan. Padahal sebelum pindah ke kota namanya pun sudah masyhur di kampung halaman. Tapi apa daya keinginannya pindah ke kota mendorongnya untuk berbisnis di sini. Ia tak kuasa bila harus tinggal di rumah yang ditinggali berdua dengan ibunya, sedangkan sosok itu sudah pergi. Meninggalkan dunia dan menuju perjalanan di alam lain. Heningnya suasana kampung di tambah rumah yang sepi membuat kesedihan selalu menghantuinya.

Sejak remaja Deppo sering menghabiskan waktunya untuk menjahit, menggambar model pakaian, dan berulang kali menyempurnakan pakaian yang ia buat. Tak heran ketika dewasa ia jadi terampil membuat berbagai model pakaian. Tetapi ada satu model pakaian yang sangat ia sukai, yaitu baju pengantin. Banyak pasangan pengantin yang datang ke kediamannya meminta dibuatkan sepasang baju pengantin. Sudah bertahun-tahun ia menjalankan pekerjaan ini. Berkat ibunya juga ia bisa menjahit. Setiap jahitan dan baju yang ia selesaikan berhasil menghidupkan kembali kenangan tentang ibunya.

Setelah merapikan peralatan dan semua kainnya di ruang jahit, ia langsung ke kamar untuk mengistirahatkan tubuhnya. Walaupun dirasa lelah tetapi setiap selesai menjahit muncul rasa bahagia. Apalagi ketika melihat pelanggannya senang melihat hasil pakaiannya yang dikerjakan oleh tangan Deppo. Itu juga jasa yang ditawarkan Deppo, membuat orang lain senang. Tak lama dia tertidur. Di dalam gelapnya ruangan, raganya begitu cantik mengenakan sebuah gaun tidur.

***

Suara ketukan terdengar dari arah ruang tamu. Tamu yang ditunggu-tunggu oleh Deppo datang untuk mengambil pesanannya.

"Dari tadi sudah aku tunggu Mbak Santi. Asalnya mau kuantar saja ke rumah. Tapi datang kemari ya," ujar Deppo sambil tersenyum simpul.

"Tidak usah repot-repot, kan sudah kubilang kemarin. Akan diambil sendiri kemari," balas Mbak Santi sambil menepuk pundak Deppo.

"Ya, yang terpenting pesanannya sudah selesai. Ini dicoba dulu, Mbak."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline