Lihat ke Halaman Asli

Putri Apriani

Fiksianer yang Hobi Makan

Karena Kompasiana, Mimpi Saya Akhirnya Terwujud

Diperbarui: 19 September 2015   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Dulu sewaktu SD saya paling suka sama yang namanya pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya mengarang bebas. Pokoknya paling semangat kalo guru ngasih tugas mengarang. Saya juga suka nulis di buku diary, satu atau dua buku diary tuh nggak cukup buat saya, butuh lebih dari itu.

Masuk SMP saya makin suka sama kegiatan nulis, ya puisi, ya cerpen, kebetulan ikut extrakurikuler sanggar sastra, jadi berasa punya temen sharing dalam dunia kepenulisan deh #halah.

Semenjak itu saya punya mimpi, mimpi tulisan-tulisan saya bisa dibaca oleh banyak orang, entah gimana caranya. Waktu itu kepikirannya cuma kirim naskah ke beberapa majalah remaja. Berhasil? Berhasil dong, berhasil DITOLAK maksudnya, hehe.. Sebagai anak ababil (baca : abege labil) saya sempat putus asa lho, nggak mau nulis, males nulis lagi karena ngerasa tulisan ancur lebur nggak karuan, ngerasa tulisan nggak layak buat dibaca banyak orang. Tapi bukan berarti saya berhenti nulis gitu aja. Setiap tanggal 22 Desember saya suka nulis puisi buat ibu saya, karena saya termasuk orang yang sulit ngungkapin isi hati #tsah jadilah saya tulis perasaan saya lewat puisi di selembar kertas. Saya taruh di kamar ibu, dibaca ibu, duh terhura eh terharu banget rasanya.

SMA masih suka nulis, malah makin seneng karena jadi pengurus mading di beberapa organisasi sekolah, mayan hobi jadi tersalurkan.

Pas kuliah saya sempet ninggalin hobi nulis saya, nyesel sih, kenapa juga sempet vakum beberapa tahun. Sampe akhirnya Oktober 2013, saya lihat artikel Kompasiana yang dishare oleh temannya teman saya, iseng-iseng saya buka, "Kompasiana? Apaan sih?" begitu batin saya waktu itu, satu persatu saya telusuri, dan saya lihat ada kanal fiksi! Daaaaaaann.. girang maksimal dong pastinya!

Dari situ saya memberanikan diri memposting puisi-puisi saya yang terhitung mulai dari tahun 2004, untuk tahun-tahun sebelumnya entah udah kemana. Sedih rasanya nggak punya arsip karya-karya sendiri, padahal itu bisa jadi asset yang tak ternilai harganya buat saya, uhuk!.

Di Kompasiana, saya mewujudkan mimpi saya yang sebenernya sederhana, karya saya (yang masih acakadul itu) bisa dibaca puluhan bahkan ratusan orang, diapresiasi oleh beberapa kompasianer dengan komentar ataupun voting rasanya kayak mau guling-gulingan di kasur! (lah itu mah udah mainstream keles, wkwkwk).

Saya langsung berpikir untuk mimpi selanjutnya (yang sekaligus menjadi target di tahun 2015 ini) adalah bergabung dalam beberapa antologi, entah itu antologi puisi, maupun antologi cerita. Seru kali ya bisa gabung dalam satu buku dengan penulis-penulis hebat/senior, berasa paling kece seantero jagad raya deh. Anda muak? Abaikan kalimat terakhir tadi.

Bagi sebagian orang, menerbitkan antologi mungkin adalah perkara mudah. Tapi bagi sayaaaaaaaaaaaaaaa (eh kepanjangan, hehe) butuh perjuangan extra. Walau udah bergabung di Kompasiana sejak 2013, tapi saya masih belum pede ikutan lomba fiksi. Baru tahun 2014 iseng-iseng ikutan lomba, tapi baru tahun 2015 karya saya berhasil dibukukan, sekalinya lolos, langsung 3 buku! Duh senengnya, alhamdulillah Ya Rabb..

(1). Antologi Puisi "Progo 3" oleh Keluarga Studi Sastra Tiga Gunung (KSS3G) Temanggung.
Cerita selengkapnya ada di sini. Dalam buku tersebut, 8 puisi saya berhasil lolos, antara lain :
Cintamu Tanpa Jeda (dengan judul asli : Selamat Merayakan Hari Ibu di Surga ya Bu!)
Dan Ketika
Pada Setumpuk Jerami dan Seutas Tali
Jiwa yang Telah Terpenggal
Dua Senja
Kurcaci Negeri
Senandung 5 Waktu
Melukis Keelokan Parasmu [Batik]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline