Lihat ke Halaman Asli

Mengayuh Energi Baik demi Asa Generasi Masa Depan

Diperbarui: 15 Agustus 2018   19:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aksi PGN-Road Cycling Team (P-RCT) (Foto:AntaraFoto.com)

"Anak itu sudah seharusnya memiliki prestasi jauh melebihi orangtuanya". Begitulah ekspetasi dari banyak orang dari masa dahulu hingga masa kini. Ketika orangtua yang hanya lulusan bahkan tak sempat mengeyam pendidikan dasar pun, ada keinginan terbesar dari hatinya yang terdalam bahwa kelak anak-anaknya harus memiliki pendidikan yang jauh lebih baik.

Jadi teringat kisah penggeledahan oleh lembaga anti rasuah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin Bandung. Jadi timbul pertanyaan menggelitik, apakah prestasi hebat para koruptor tersebut dapat dilampaui rekornya oleh sang anak, menantu hingga cucu, cicit, canggah-nya? #Eh... Sebuah prestasi atau kebodohan?

Herayati di dalam becak sang ayah Sawiri (Foto:BantenRaya.com)

Dengan mengayuh becak di wilayah Cilegon, Sawiri tak patah semangat untuk menggerakkan energi terbaiknya untuk mencari nafkah.
Dengan berpenghasilan harian antara 15 ribu hingga 20 ribu, Sawiri sempat memiliki tambahan penghasilan sebesar 150 ribu per bulan dari antar jemput anak sekolah. Cukup tak cukup, demi mewujudkan cita-cita sang anak.

"Dia (Herayati) memiliki cita-cita yang sangat tinggi," ujar Sawiri, ketika menjawab pertanyaan dari Deddy Corbuzier dalam tayangan acara televisi Hitam Putih 26 Juli 2018.

Sawiri ingin anak-anaknya harus memiliki masa depan yang lebih baik, dan ingin tak ada yang seperti dirinya harus berpeluh keringat mengayuh becak. Kebetulan sekali ini selaras dengan impian salah satu buah hatinya yang memiliki semangat belajar paling tinggi.

Herayati dan Sawiri di acara Hitam Putih (Foto:screenshot Youtube Trans7Official)

"Walaupun orangtua khawatir akan soal biaya, namun tak pernah bilang jangan," ujar Herayati, mengungkapkan kehebatan orangtuanya dalam mendukung penuh cita-citanya. Herayati telah mengungkapkan keinginannya kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak kelas IX MTsN Pulomerak Cilegon (setingkat SMP). Orangtua selalu mendukung penuh dan tak pernah melarang apa yang dicita-citakannya.

Saat telah duduk di kelas X dan XI MAN Pulomerak Cilegon (setingkat SMA), Herayati telah mulai merintis belajar mandiri di rumah secara otodidak dan bimbingan guru di sekolah. Berkat prestasi sebagai salah satu peserta try-out dari sebuah Unit Kebudayaan Banten di ITB, Herayati mendapatkan beasiswa mengikuti bimbingan belajar di salah satu lembaga bimbel saat duduk di kelas XII.

Herayati yang merupakan putri bungsu dari Sawiri ini, tak luput mendapatkan perhatian dan dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Cilegon dalam usaha menempuh pendidikan tinggi di ITB. Setelah awalnya gagal melalui jalur seleksi SNMPTN, Herayati akhirnya dapat diterima masuk ITB melalui jalur seleksi SBMPTN pada tahun 2014. Melalui program Fast track ITB dengan beasiswa Bidik Misi, Herayati berkesempatan menempuh jenjang pendidikan S-1 Prodi Kimia FMIPA ITB dan S-2 Kimia ITB dalam waktu 5 tahun.

Untuk tambahan penghasilan di luar beasiswa, Herayati menyempatkan bekerja sambilan sebagai guru privat bagi mahasiswa tingkat pertama ITB. Energi baik dari dalam diri Herayati yang digerakkan dengan tepat sasaran, telah mengantarkannya dengan banyak torehan prestasi. Salah satunya dengan didaulat sebagai delegasi dalam ajang Asia Pacific Future Leader Conference 2017 di Kualalumpur Malaysia.

Herayati usai diwisuda (Foto:ITB.ac.id)

Satu impian hidup dalam dirinya telah terwujud, dengan diwisuda sebagai Sarjana S-1 pada 21 Juli 2018 lalu di Sabuga Bandung. Herayati berpredikat cum laude  dengan capaian Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,77. Penelitian tugas akhir S-1, Herayati mengembangkan suatu sintesis dari kulit udang yang berfungsi untuk menyerap limbah timbal pada air di Sungai Cikapundung.

Dalam setahun kedepan, Herayati akan berusaha menyelesaikan jenjang pendidikan S-2 Magister Kimia di ITB. Keinginan terbesar Herayati adalah kembali ke daerahnya, agar dapat lebih dekat dengan kedua orangtuanya serta membaktikan diri bagi daerah kelahirannya di Banten. Menjadi seorang dosen merupakan harapan terbesar berikutnya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline