Lihat ke Halaman Asli

Pramono Kusumastoto

@pramonoksmstt

Musik, Bunyi yang Matematis

Diperbarui: 11 Maret 2021   03:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi peralatan musik. (sumber: pixabay.com/Hansuan_Fabregas)

Musik erat kaitannya dengan bunyi, bunyi erat kaitannya dengan pendengaran. Musik memiliki struktur matematis yang diterjemahkan dalam susunan nada dan harmoni pada sebuah komposisi dan aransemen musik, muaranya ada di perasaan. 

Perasaan dan pendengaran menjadi hal yang tidak dapat diabaikan untuk seseorang dapat memahami bahkan sampai mendalami musik. 

Mendalami musik bukan hanya sebatas menginterpretasi musik dari sisi makna, namun juga menelusuri seluk-beluk musik hingga mencapai hasrat dan titik tertentu.

Banyak yang tidak menyadari bahwa ketika seseorang mempelajari musik maka sebenarnya ia juga sedang mempelajari matematika namun dalam bentuk yang lebih estetis. 

Roh dari musik adalah kekuatan otak kanan dalam mengelola serta mengolah ide melalui medium bunyi menjadi sesuatu yang estetis dengan perhitungan-perhitungan tertentu. 

Perhitungan-perhitungan tersebut didasarkan atas nilai rasa dan nilai mutlak matematika yang sebenarnya adalah komponen utama musik itu sendiri sehingga eksakta-eksakta matematika dalam musik lebih bisa dinikmati dan bersifat imajiner.

Musik memiliki elemen terkecil berupa nada. Nada sebagai bagian terkecil dari musik memerlukan elemen penghubung untuk bisa menjadi melodi, elemen penghubung tersebut adalah ritme. 

Ritme menjadikan nada yang sifatnya statis menjadi nada yang bersifat dinamis (melodi). Pergerakan nada didasari oleh ritme diatur dalam tempo dan dihayati oleh dinamika. 

Ritme dan tempo merupakan hitungan matematisnya, ada harga yang tidak bisa ditawar di dalam ritme dan tempo. Penjumlahan, pengurangan, pembagian semuanya terkandung di dalam ritme dan tempo. Sementara dinamika adalah pemanisnya.

Alur ketukan dasar musik atau yang biasa disebut ritme terbagi ke dalam kategori-kategori berdasarkan simbol diikuti nilai ketuknya masing-masing. Simbol ritme inilah yang menentukan panjang pendeknya not yang harus dimainkan. 

Simbol ritme memiliki nilai ketuk yang berbeda dengan nama notnya. Misalnya not setengah, nilai ketuknya bukan setengah ketuk namun dua ketuk, not seperempat, nilai ketuknya bukan seperempat ketuk namun satu ketuk, not seperdelapan, nilai ketuknya bukan seperdelapan ketuk namun setengah ketuk dan seterusnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline