Lihat ke Halaman Asli

Pramono Dwi Susetyo

Pensiunan Rimbawan

Misteri di Balik Tanaman Mangrove

Diperbarui: 10 Maret 2021   18:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

MISTERI DIBALIK TANAMAN MANGROVE

Euforia dan antusiasisme  menanam  mangrove bagi masyarakat Indonesia belakangan ini meningkat tajam, baik yang dibiayai oleh pemerintah maupun dilakukan oleh masyarakat secara swadaya (mandiri). Masyarakat juga semakin sadar betapa penting ekosistem mangrove bagi kehidupan manusia. 

Contoh yang sederhana saja, musibah gempa bumi (earth quake) yang terjadi di Nanggroe Aceh Darusalam (NAD) dan Palu, Sulteng yang menimbulkan bencana  tsunami  tersebut  dan menelan banyak korban karena terseret arus air laut yang masuk kedarat begitu dahsyatnya, akan berkata lain apabila hutan mangrove yang biasa tumbuh disepanjang pantai dimuara-muara sungai yang ada masih utuh dan baik. 

Karena sesungguhnya ekosistem hutan mangrove yang masih utuh dan baik, merupakan tembok yang sangat kokoh dalam menghadang arus air tsunami yang masuk kedarat. Manfaat adanya hutan mangrove, sudah banyak diketahui masyarakat, disamping sebagai buffer (penyangga) arus gelombang air laut (termasuk tsunami), juga sebagai habitat ikan untuk berkembang biak.

Indonesia beruntung punya etalase hutan yang lengkap dari mulai pantai sampai hutan hujan dataran tinggi. Ada dua ekosistem hutan unik yang selalu digenangi air walaupun karakteristiknya berbeda, yaitu mangrove dan gambut. Keduanya diklaim sebagai ekosistem yang mampu menyerap emisi karbon terbesar dibanding dengan hutan tropis lainnya.

Mangrove hidup di pantai, tetapi tidak semua pantai punya mangrove. Berdasarkan tempat hidupnya, hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya terdapat sedimentasi (tanahnya berlumpur), tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada saat pasang pertama; tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat; daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat; dan airnya berkadar garam (bersalinitas) payau hingga asin.

Hutan sekunder mangrove mampu menyimpan karbon 54,1-182,5 ton karbon per hektare. Mangrove diklaim dapat menyimpan karbon 3-5 kali lebih tinggi dari hutan tropis. Kebakaran gambut di Indonesia tahun 1997-1998 telah melepaskan hingga 2,5 miliar ton karbon setara CO2, sedangkan kebakaran tahun 2002-2003 melepaskan 200 juta hingga 1 miliar ton karbon ke atmosfer. Dari data 2019, luas tutupan mangrove Indonesia 3,56 juta hektare, yang terdiri dari 2,37 juta hektare dalam kondisi baik dan 1,19 juta hektare yang rusak. Itu sebabnya mangrove perlu direhabilitasi (revegetasi) dengan tanaman mangrove yang baru.

Revegetasi Mangrove

Selama ini banyak orang menduga bahwa tanaman mangrove sama dan indentik dengan jenis Rhizophora sp. Pemahaman dan pendapat ini, sebenarnya tidak salah sepenuhnya, karena jenis Rhizopora sp inilah yang paling mudah dan banyak ditanam masyarakat selama ini. Cara membuat bibit dalam polybag (kantong plastik) dari cabutan anakan dari alam yang banyak ditemukan dibawah pohon induknya juga dapat dilakukan dengan mudah.

Pengalaman saya mendalami tanaman mangrove lebih dari 5 (lima) tahun di Sulsel (Sinjai) dan Sultra (Muna) pada waktu masih bertugas 1993-1999, hanya jenis Rhizophora itulah yang mudah dan mampu bertahan hidup untuk ditanam sepanjang habitatnya tidak tergenang oleh air laut sepanjang hari.  Kenapa demikian ?

Menurut Bengen (2002), jenis-jenis pohon penyusun hutan mangrove, di Indonesia jika dirunut dari arah laut ke arah daratan dapat dibedakan menjadi 4 zonasi, yaitu  1) Zona Api-api -- Prepat (Avicennia -- Sonneratia), terletak paling luar/jauh atau terdekat dengan laut, keadaan tanah berlumpur agak lembek (dangkal),dengan substrat agak berpasir, sedikit bahan organik dan kadar garam agak tinggi. Zona ini biasanya didominasi oleh jenis api-api (Avicennia sp.) dan prepat (Sonneratia sp), dan biasanya berasosiasi dengan jenis bakau (Rhizophora sp).  2) Zona Bakau (Rhizophora), biasanya terletak di belakang api-api dan prepat, keadaan tanah berlumpur lembek (dalam). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline