Lihat ke Halaman Asli

Prajna Dewi

TERVERIFIKASI

Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Petai, Si Hijau yang Memabukkan

Diperbarui: 25 Juni 2022   05:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjual petai di Pasar Turi Singkawang. Sumber: dokumen pribadi

Parkia speciosa, polong yang berwarna hijau, berefek "dualisme" dalam keluarga, ada yang suka tingkat dewa, ada yang benci level setan.

Konon, sampai ada yang sembunyi-sembunyi masak lauk petai, supaya suami yang anti petai tidak tahu. Tapi ujung-ujungnya tercium juga, dan terjadilah prahara di hari itu gegara si petai.

Penggemar petai mirip orang terkena candu. Mau orang rumah ada yang tidak suka, ataupun harga yang terkadang melambung tinggi, bukan penghalang penggemar petai mewujudkan permintaan lidah.

Memasuki bulan puasa, terlebih menjelang lebaran, di Jakarta untuk satu papan (satu tangkai) petai harga lima belas ribu pun tetap ada yang mau merogoh kocek walau sambil ngomel. Karena sambal goreng hati tanpa petai, bukanlah sambal goreng hati.\

Ya, aroma petai memang khas, sampai orang bule menyebutnya stinky bean, kacang bau. Tapi jangan salah, banyak juga dari mereka yang menyukainya. Teman yang tinggal di Amerika, selalu minta kiriman petai ke adiknya. Karena dia sekeluarga, plus suaminya yang bule, penggemar berat petai.

Cara mengirimkannya unik, petai di jemur dulu berhari-hari sampai kering kisut, sampai benar-benar kering, keras dan tidak berbau lagi.  Sesampainya di sana, petai direndam dengan air, setelah mengembang siap dikonsumsi sebagai obat rindu.

Tentunya ongkos kirim jauh dari murah, karena petai kering tetap berat kalau sampai satu kantong. Tapi demi petai ongkos kirim diabaikan. Inilah yang terjadi kalau sudah mabuk petai.

Sementara yang benar-benar tidak suka petai, begitu lihat petai langsung bilang “Issshhhhhh”, memencet hidung kuat-kuat dan berlalu. Meskipun orang rumah sudah menyikat gigi lima kali seusai menyantap petai, si anti petai tetap bisa mendeteksinya. Ya, golongan ini memang benar-benar asli tidak suka petai.

Ada pula yang tidak suka karena khawatir mulutnya berbau setelah makan petai. Jadi menghindari petai di saat khusus, misal saat mau berangkat kerja, atau mau bertemu orang, terlebih saat mau ketemu pacar. Petai dicoret dulu dari daftar menu. Nanti sepulang kerja atau pertemuan, baru pesta petai di rumah, dengan catatan kalau masih kebagian.

Untuk sebagian orang petai masuk kategori makanan kampung, ada yang merasa agak "turun derajat" kalau ketahuan suka makan petai. Jadi kalau di depan yang lain, enggan mengaku sebagai penggemar petai.

Terlepas dari suka dan tidak suka karena aromanya, sesungguhnya apa saja kandungan petai dan manfaatnya untuk tubuh?

1. Mengandung zat kimia beta-sitosterol dan stigmasterol. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline