Lihat ke Halaman Asli

Prajna Dewi

TERVERIFIKASI

Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Mengajarkan Karakter pada Anak ala Thomas Lickona

Diperbarui: 7 April 2022   05:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

thomas lickona, moral knowing - Bing images 

Karakter makin hari makin menjadi sorotan, bahkan dalam dunia pendidikan juga semakin ditekankan pentingnya pendidikan karakter. Apa sebenarnya karakter? Menurut  KBBI: karakter adalah  'sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak'.

Dikatakan bahwa karakter inilah yang menjadi ciri seseorang, yang membedakan antara orang satu dengan yang lainnya. 

Thomas Lickona, psikolog perkembangan dan ahli pendidikan, seorang professor  dari State University of New York dalam bukunya yang berjudul  Educating for Character; How Our School Can Teach Respect and Responsibility  membagi pendidikan karakter dalam tiga tahapan, yaitu:

  1. Moral Knowing: Pada tahap ini diperlukan penjelasan sehingga anak tahu batasannya. Paham mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Ini disebut juga sebagai tahapan  menanamkan nilai kebaikan hingga anak "Knowing the good"
  2. Moral Feeling: Perasaannya terhadap apa yang dia ketahui, atau dengan kata lain disebut nurani. Tahap ini juga merupakan cikal bakal dari munculnya empati. Tahapan kedua disebut "Desiring the good"
  3. Moral Action: Merupakan tahap paripurnanya, dimana pada akhirnya anak dengan motivasi internalnya/kemauannya sendiri pada akhirnya melakukan hal baik, anak memasuki tahapan  "Doing the good".  Melakukan hal baik  walau tidak ada yang melihat dan tidak melakukan hal yang dilarang walau  tidak ada orang disekitarnya. 

Untuk lebih jelasnya, kita lihat contoh nyatanya, 

Contoh  A, Ingin menanamkan kepedulian dan tanggung jawab anak pada alam, dengan mengurangi sedotan plastik, maka tahapannya adalah sbb: 

1. Tahap Moral Knowing: Anak dijelaskan bahwa penggunaan sedotan tidak baik karena limbah plastiknya mencemari lingkungan dan membahayakan banyak makhluk hidup.

Diinfokan ke anak bahwa Divers Clean Action, kelompok pemerhati lingkungan khususnya laut, menyebut pemakaian sedotan di Indonesia mencapai 93.244.847 batang setiap harinya. Bisa kita bayangkan berapa banyak sampah sedotan plastik dalam seminggu bahkan setahun.Kemudian masih dalam tahap moral knowing, anak diberikan pemahaman bahwa lebih baik kita langsung menggunakan mulut saat minum daripada menggunakan sedotan plastik  sekali pakai.

2. Moral Feeling: Pada tahap ini kita ingin anak mampu merasakan apa yang tadi kita jelaskan, misal dengan cara menunjukkan foto atau video penyu  yang hidungnya tertusuk limbah sedotan plastik. 

Mungkin sebagian anak merasa ngeri dengan foto atau video yang mereka lihat, namun ini adalah cara terbaik sehingga apa yang dia lihat masuk kedalam memori dan menetap menjadi memori jangka panjang. Muncul empatinya melihat bagaimana penyu itu terluka, hingga hidungnya mengeluarkan darah akibat tertusuk limbah sedotan plastik.

   Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=YU5jSCXSkRA

3. Moral Action: Setelah anak merasakan empati atas apa yang dialami makhluk hidup seperti penyu di atas, maka akan muncullah perilaku anak yang sadar akan bahaya limbah plastik sedotan, ia akan menghindari menggunakan sedotan plastik karena tahu bahwa itu akan berbahaya dan dapat melukai makhluk hidup lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline