Lihat ke Halaman Asli

Makna Tektual dan Kontekstual

Diperbarui: 15 Maret 2021   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan

Api kepada kayu yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Siapa yang tidak kenal puisi di atas?

Ya puisi gubahan eyang sapardi djoko damono rahimahullah ini cukup terkenal, tidak hanya di Indonesia tetapi mancanegara. Puisi angkatan lama cukup teratur dipenuhi dengan rima dan irama yang teratur. Sedangkan angkatan baru sedikit lebih luwes dan tidak se-"kaku" angkatan lama. Karya-karya sapardi djoko damono baik puisi, cerpen maupun novel selalu menarik untuk diulek.

Sebagai seorang yang pernah berkecimpung di dunia sastra, membahas sastra dari kacamata ilmuan membuat saya tergelitik untuk kembali membahas beberapa poin sastra. 

Sastra sejatinya adalah hasil karsa dan cipta manusia dalam bentuk kata-kata. Umumnya dalam bentuk puisi, cerpen, novel, babad dan tidak menutup kemungkinan dalam bentuk artefak atau keramik serta bangunan. 

Sastra dahulunya dibacakan bukan hanya sebagai penghibur tetapi sebagai penyemangat di medan perang. Hal ini dikarenakan sastra diceritakan dan dibacakan di kedai-kedai kopi ketika para veteran selesai berperang dan mereka berkumpul sambil menceritakan kisah heroic peperangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline