Sejak kejadian bom Bali pertama, yang membuat dunia pariwisata Indonesia sangat terpukul, terutama di Bali, maka dibuatlah agenda 'cuti bersama', dimana hari-hari raya yang 'mepet' dengan hari minggu, hari-hari kerja yang berdekatan juga diliburkan dengan cara memakai jatah cuti resmi pegawai yang 12 hari setahun. Tujuannya sih supaya tempat wisata yang lesu, bergairah kembali.
'Cuti dipaksa' itu harus tetap dipakai karena kantor tempat kerja dimanapun juga tutup, kecuali instansi yang harus 'standby' 24 jam seperti rumah sakit, polisi, tentara serta pemadam kebakaran.
Nah, kalau tiba-tiba ada sakit mendadak dan harus berobat di hari-hari 'cuti bersama' antara 4 sampai 9 Juli nanti, apa yang harus anda lakukan?
1. Lakukanlah survey di semua rumah sakit atau puskesmas atau dokter praktek di kota anda, yang mana yang saat cuti bersama ikutan tutup, mana yang hanya buka emergensi (biasanya dijaga dokter umum atau dokter residen yang lagi ambil spesialis) sementara poliklinik spesialis tutup, atau adakah yang spesialisnya tetap praktek kecuali hari lebaran pertama dan kedua.
2, Perlu juga ditanya kalau dirawat, apakah yang merawat spesialisnya langsung atau dokter pengganti dan penggantinya apakah satu 'level'?
3. Khusus untuk kasus yang perlu operasi, sebaiknya dilakukan oleh spesialis atau penggantinya yang sama-sama spesialis. Kalau ternyata yang nanti operasi dokter pengganti yang bukan namanya tertera di rumah sakit, sulit kalau terjadi komplikasi, yang bertanggung jawab siapa?
4. Bila memungkinkan, sebaiknya obat kronis dipersiapkan cukup banyak, sampai 'cuti bersama lewat', jadi tanggal 11 Juli baru kontrol lagi.
5. Terakhir, berdoa selalu semoga tidak sakit berat saat cuti bersama, karena dokter yang 'standby' juga sebenarnya terbatas dan bukan tidak mungkin sedang kelelahan saat jaga.