Lihat ke Halaman Asli

Saepiudin Syarif

TERVERIFIKASI

Writer

Tempe sebagai Warisan Kuliner Indonesia untuk Dunia

Diperbarui: 25 Februari 2022   16:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tempe adalah warisan kuliner Indonesia yang bisa go global | Foto: pixabay.com

Lukman, seorang pegawai swasta tampak sedikit senewen karena tidak ada tempe saat makan di warteg langganan. Pun begitu saat pulang ke rumah, tak ada tempe di meja makan. Nafsu makannya seketika melorot.

Sama seperti alasan mbak warteg, istrinya pun bilang tak ada yang jual tempe dan tahu di pasar pun di tukang sayur keliling. Semua mogok akibat harga kedelai melonjak.

Menurut berita pedagang dan pengusaha tempe tahu mogok selama tiga hari karena tidak berproduksi. Hal ini akibat mereka akibat harga kedelai di pasaran sebagai bahan baku melonjak. Harga per kilogram kedelai saat ini mencapai Rp. 11.000 naik dari sebelumnya Rp. 9.000. 

Perajin dan pedagang tentu keberatan dengan kenaikan ini karena selain memberatkan mereka sendiri tentunya masyarakat umum pun merasakan hal yang sama.

Belum juga pulih masalah kelangkaan minyak goreng sekarang ditambah lagi dengan masalah tempe, tahu, dan produk turunan kedelai lainnya. Padahal seperti kita tahu bersama tempe dan tahu adalah makanan orang Indonesia. Hampir tiap rumah sehari-harinya menyajikan menu dari bahan ini.

Pihak pemerintah melalui dirjen perdagangan menyatakan bahwa pasokan kedelai aman karena memiliki stok 140.000 ton dan akan datang lagi sebanyak 160.000 ton sampai akhir Februari ini sehingga mencukupi kebutuhan hingga dua bulan ke depan.

Stok aman akan tetapi harga meroket tentu juga bikin masalah. Disinyalir kebijakan impor kedelai sebagai biang keladi dari harga yang tak bisa dikendalikan. Ironis saat tempe bisa dibilang sebagai makanan asli warisan nenek moyang orang Indonesia tetapi kedelai sebagai bahan dasarnya adalah barang impor.

Semua berawal dari kebijakan pemerintah yang harus tunduk oleh International Monetary Fund (IMF) di tahun 1998 saat Indonesia mengalami krisis moneter dan kritis politik sehingga orde baru runtuh. Salah satu persyaratan IMF membantu Indonesia adalah dengan membukanya keran impor bahan pangan yang salah satunya kedelai dari Amerika Serikat. 

Amerika Serikat memiliki pertanian kacang kedelai dan jagung yang luas dan produktivitas yang tinggi karena dipergunakan untuk pakan ternak. Saat produksi tinggi tapi hampir tidak dikonsumsi manusia maka caranya dengan diekspor. Secara produk kedelai AS memang memiliki kualitas bagus, bentuknya besar dan tidak mudah pecah atau hancur. 

Seakan mendapat angin surga sejak itu Amerika mengekspor kedelainya ke berbagai negara termasuk Indonesia. Kebutuhan kedelai dalam negeri terus meningkat. Sejak dulu bangsa ini makan tempe, tahu, kecap, tauco, yang semuanya menggunakan kedelai sebagai bahan baku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline