Lihat ke Halaman Asli

Saepiudin Syarif

TERVERIFIKASI

Writer

Jujurly This is The Curhat of Generasi Z

Diperbarui: 21 Januari 2022   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi generasi Z, gaya bahasa anak Jaksel | shutterstock via kontan.co.id

Jujurly ability buat ngomong in many different languages itu buat aku sih fine-fine aja ya. Mau gimana coba, the world change itu kan very past kan. If we don't cacht up sama yang lain, we can left behind dong.

Lagian anak-anak muda now adays juga kan very open minded. Which is they absorb anything very rapidly and very berani juga. Brave itu kan something buat kita as Indonesians kan.

Kita kan pernah jadi a country yang dijajah lama kan, with Europe country such as Belanda and Japan also. Kita kan jadi negara yang weak, poor, dan malu-malu juga kan, orangnya kurang speak up gitu. 

Selain Indonesian culture such as as Javanis contohnya my family tuh masih banyak banget yang agak kolot ya. Too much strict yang sebenarnya not necessary juga.

Now, Indonesia young people terutama di kota-kota dan educationnya juga baik kan mau perubahan juga dong. Maybe kelihatannya anak muda now adays itu selfish and don't wanna know sekitar gitu tapi actually that's wrong.

We want to do something for the nation for the country. But sebagian kan gak tau caranya, gak ngerti jalannya. Meanwhile mereka juga sebagian udah fuck up sama yang namanya government kan, korupsi still happened anywhere. Capek gak sih.

So, we do for what we want to do aja. We respect our parents but kita juga gak mau jadi kayak mereka. What have to say ya, sorry not gonna lie mereka juga munafik. Gak semua off course tapi most of parents kan gitu. Maunya ngajarin sok bener, nyuruh ini itu tapi they don't do it anyway.

Which is mau anaknya begini begitu, nurut ini itu, but what they do ya banyak brengseknya juga. Now look who in charge in many positions in government or in public or private company? Yes, our parents.

We have to go to school, we did. We have to go to les ini les itu, kami ikut. Don't you think we're not stress lho. Every morning from 7 to 15 belajar, belum PR-nya segudang, les ini les itu, ekskul ini ekskul itu. But we do it. For who? Some just for our parents.

What they do? In one side emang sih there is a positive growing in every where, but di sisi lain kan, kami juga tau kok, still many corruption, perusakan lingkungan, gap between the rich and the poor, all the trouble in this country made by them kan? Itu generasi orang tua kami yang bikin juga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline