Lihat ke Halaman Asli

Saepiudin Syarif

TERVERIFIKASI

Writer

Tiap Jam Tiga Orang Meninggal: Berkendara Bukan untuk Menyerahkan Nyawa

Diperbarui: 8 November 2021   07:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kondisi jalan tol yang cukup lengang sering menjadi godaan ngebut saat berkendara. | Foto: gridoto.com

Ajal seseorang memang tidak ada yang tahu kapan datangnya tapi sebagai manusia kita diwajibkan untuk menjaga kehidupan yang sudah diberikan. 

Selanjutnya manusia diberikan akal untuk berpikir. Fitrah berpikir ini yang menjadikan manusia makhluk sempurna yang diciptakan Tuhan. Tapi sayangnya (atau untungnya) proses berpikir manusia tidak tunggal, tiap orang punya caranya masing-masing. Belum lagi adanya berbagai variabel yang mempengaruhi cara berpikir orang dalam mengambil keputusan.

Baik itu dari pengalaman, pendidikan, agama, budaya yang dianut, referensi, dan atribut-atribut lain. Sehingga sebuah keputusan bagaimana pun dibuat telah melalui proses yang panjang di dalam diri masing-masing individu. 

Manusia melalui akalnya sering membuat celah sendiri terhadap apa-apa yang sudah disepakati bersama baik secara tertulis melalui peraturan dan undang-undang juga aturan tak tertulis seperti adat kebiasaan mau pun common sense kita sebagai manusia.

Salah satunya adalah saat berkendara di jalan. Menurut data kepolisian rata-rata setiap jam ada 3 orang meninggal akibat kecelakaan kendaraan. Berarti ada 72 nyawa melayang dalam sehari. Bararti ada 2.160 dalam sebulan, dan sekitar 26.000 dalam setahun.

Belum lagi yang mengalami luka berat maupun ringan akibat kecelakaan kendaraan yang membuat jumlah korban lebih besar lagi. 

Sedihnya faktor manusia adalah yang terbesar yaitu 61% terkait dengan kemampuan dan karakter pengemudi. Lalu 9% faktor kendaraan terkait pemenuhan teknik laik jalan kendaraan. Dan 30% faktor prasarana dan lingkungan terkait kondisi jalanan dan lingkungan jalan. 

Dari sini saya ingin mengaitkan dengan tulisan di awal bahwa manusia yang mempunyai akal saja tidak cukup dalam mematuhi peraturan yang ada. Manusia selalu mempunyai celah untuk melanggar sesuatu yang sudah disepakatinya sendiri. 

Mengemudi terlihat mudah, belajar sejam dua jam mungkin banyak yang bisa. Akan tetapi kemampuan berkendara yang baik tidak bisa dilakukan secara instan. Tidak hanya memerlukan kecerdasan akal, mana rem mana gas. Tapi juga memerlukan kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, dan kecerdasan spiritual.

Saat berkendara harus punya mental yang stabil. Saat berkendara harus menghormati sesama pengguna jalan. Saat berkendara ada nyawa yang sedang dijaga. Hal-hal ini yang perlu disadari sehingga kecelakaan akibat kelalaian manusia bisa ditekan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline