Lihat ke Halaman Asli

Sejarah Jurnalisme Multimedia di Indonesia: dari Republika sampai Detik

Diperbarui: 3 Oktober 2021   06:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Jurnalisme Multimedia. Sumber Gambar: Nesabmedia.com

Perkembangan jurnalisme multimedia di Indonesia merasakan pasang-surut sejak awal kemunculannya. Namun, dengan teknologi yang semakin canggih, kini jurnalisme multimedia di Indonesia justru semakin berkembang dan juga diakses oleh banyak orang.

Jurnalisme berdasarkan definisinya merupakan suatu pekerjaan mengumpulkan, menulis, mengedit, menerbitkan berita dalam surat kabar, dan sebagainya. Sedangkan multimedia bisa diartikan sebagai penggabungan teks, suara, gambar, animasi, audio, maupun video menjadi satu.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa jurnalisme multimedia adalah suatu kegiatan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menerbitkan berita dengan menggunakan penggabungan teks, suara, gambar, animasi, audio, maupun video secara daring melalui internet.

Jurnalisme multimedia di Indonesia melalui sejarah yang panjang hingga mencapai titik seperti sekarang ini. Dahulu, jurnalisme hanya melalui surat kabar seperti koran atau majalah yang hanya bisa di-update satu hari sekali, namun sekarang dengan teknologi yang semakin berkembang, informasi dapat ditemukan di mana saja dan kapan saja.

Awal Jurnalisme di Indonesia

BJ Habibie Berperan Besar dalam Kebebasan Pers di Indonesia. Sumber Gambar: Merdeka.com

Sebelum beralih ke jurnalisme multimedia, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya Indonesia terlebih dahulu mengenal jurnalisme melalui surat kabar.

Jan Pieterzoon Coen lah yang pertama kali menerbitkan Memories Der Nouvelles, sebuah karya jurnalisme pertama di Indonesia berbentuk surat kabar yang ditulis tangan pada tahun 1619.

Barulah pada tahun 1688, Indonesia memiliki mesin cetak pertama yang didatangkan dari Belanda, dengan adanya mesin cetak ini, semakin memudahkan Indonesia dalam memproduksi lebih banyak lagi karya-karya jurnalisme berbentuk surat kabar.

Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, surat kabar banyak digunakan sebagai propaganda agar masyarakat Indonesia tidak melawan terhadap mereka. Namun di masa orde lama, jurnalisme di surat kabar justru digunakan sebagai bentuk perlawanan kepada pemerintahan pada saat itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline