Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Puisi: Jatuh ke Atas

Diperbarui: 20 September 2021   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi untuk Puisi Jatuh ke Atas dari pixabay.com

Apakah bulir-bulir air mata tetap akan berjatuhan
di dunia tanpa gravitasi?

Apakah embun masih setia pada pagi
daun terakhir masih pamit pada ranting
dan sungai masih rindu samudera
di dunia tanpa gravitasi?

Apakah kita masih jatuh cinta setiap hari?

Mungkin di dunia tanpa gravitasi
kita tidak bisa lagi jatuh cinta
karena kata "jatuh" telah kehilangan legitimasinya.
Jatuh bisa ke depan
jatuh ke samping kiri atau kanan
jatuh ke belakang
jatuh ke atas.

Mungkin akan ada sedikit kekacauan
kita tidak bisa menemukan benda-benda di tempatnya lagi
batu-batu terbang seperti capung
lautan kehilangan pasang dan surut
atau tidak ada lagi lautan
jadi kapal-kapal berlayar di antara batu-batu terbang.
Entahlah.

Tapi ada kabar baik di tengah dunia seperti itu.
kita bisa berpelukan di dalam pelukan semesta sepuasnya
melayang-layang sesuka hati
dengan langit jadi batasnya.

Air mata kita akan jadi milik angin, padang dan pegunungan
kita tidak perlu lagi menyimpannya sendiri.


Kita bisa tidur dan melepas lelah
di atas awan-awan berwarna tembaga
mengumpulkan tenaga yang tercerai berai
sampai kita siap kembali meninju congkaknya kehidupan.

Saat sudah siap
kita biarkan gravitasi kembali mengisi tempatnya
dan bekerja sebagaimana mestinya.

--- 

kota daeng, 18 September 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline