Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Wahyu, Karakter Favorit Saya pada Kisah KKN Desa Penari

Diperbarui: 6 September 2019   23:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar dari https://threadreaderapp.com by @SimpleM81378523

Beberapa hari yang lalu cerita KKN di Desa Penari menjadi kisah yang paling banyak diperbincangkan oleh para warganet. Di jagat twitter sendiri, tagar #KKNDesaPenari atau #KKNdiDesaPenari menjadi trending topic beberapa waktu lamanya.

Bagi yang sudah membaca dan hanyut dalam kisahnya pasti memiliki perspektif masing-masing, apa pembelajaran atau nilai yang dapat dipetik dari kisah tersebut.

Ada beberapa karakter atau tokoh dalam kisah tersebut. Ada Nur yang taat beribadah dan memiliki kepekaan mata batin, Widya yang cantik dan menjadi incaran "sang penari", Ayu yang ketus, Bima yang diam-diam menghanyutkan, Anton yang biasa-biasa saja dan Wahyu yang blak-blakan. 

Ini nama-nama mahasiswa yang melangsungkan kegiatan KKN di Desa Penari. Ada juga karakter lain seperti Pak Prabu, kepala desa yang berusaha mengayomi anak-anak KKN, Mbah Buyut, sepuh sakti nan bijaksana sampai Mbah Dok, sosok nenek gaib yang menjadi pelindung dan mengikuti Nur kemanapun pergi.

Dari sejumlah karakter tersebut, masing-masing orang (yang sudah membaca atau mengetahui kisahnya tentu saja) pasti punya karakter favorit, entah karena sifatnya atau karena perannya dalam kisah misterius ini. Saya sendiri memilih Wahyu, karakter yang sangat membumi karena dekat dengan keseharian kita.

Ceplas ceplos 

Ini sifat khas Wahyu. Jika berbicara tanpa banyak pikir, suka mengumpat dan mengomentari segala hal. Dari awal kisah, saat Pak Prabu mengantar anak-anak KKN berkeliling desa sifat ini sudah nampak. Wahyu menimpali ucapan Pak Prabu dengan nada bercanda, bahkan saat berada di areal pekuburan yang suasananya mistis. Pak Prabu pun sampai mengeluarkan ancaman "Semoga saja, kalian tahu yang diomongkan ya."

Pada bagian akhir kisah, saat Bima dan Ayu terkena tulah karena perbuatan terlarang mereka, hanya Wahyu yang terang-terangan mengungkapkan kekesalannya. "Goblok!! Bima karo Ayu asu!! kakean ngent*t!!" memang terdengar kasar, tetapi semua orang setuju dengan umpatan Wahyu tersebut.

Karakter Wahyu ini juga bisa dikatakan mewakili karakter warganet tanah air, yang suka riuh bersahut-sahutan di linimasa. Di media sosial twitter misalnya, sudah cukup sering chit-chat para warganet ini menjadi worldwide trending topic saking berisiknya.

Cuek tapi Perhatian

Ini sifat Wahyu yang lain. Saat Wahyu dan Widya baru pulang dari kota setelah membeli kebutuhan KKN dan melewati area hutan untuk masuk ke desa, saat itu tanpa mereka sadari (belakangan Widya sebenarnya sadar) mereka bertemu dengan kampung para lelembut dan "terpaksa" mampir karena motor yang mereka tumpangi mogok di tengah hutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline