Lihat ke Halaman Asli

Bayu Segara

Lihat di bawah.

Seorang Petualang Kesepian dan Jatiluhur

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bermodalkan kenekatan. Seorang petualang menjalankan motornya. Bergerak dan terus bergerak, pikirnya. Seperti yang didengarnya dari seorang petinggi Toyota. Kita tidak akan pernah menemukan pengalaman baru, jika hanya diam. Entah benar atau salah apa yang ditangkap oleh otaknya. Namun intinya, dia harus mengikuti apa yang pernah dilontarkan oleh seorang yang pernah sukses di dunia ini. Dia yang telah menjadi panutan dari pekerja di banyak belahan dunia.

Akan aku buktikan. Bahwa perjalanan ini tidak sia-sia. Jatiluhur sepertinya tempat yang cocok untuk membuktikan kata-kata itu. Sekalian untuk melihat, bagaimana luas dan besarnya danau yang ada di Jawa Barat ini. Sepertinya sudah beberapa kali dilewati, namun tidak pernah disinggahi. Membuat penasaran saja.

Yang pertama kali dilakukan adalah mengajak teman-teman untuk bergabung. Namun sayang, teman-temannya sangat sibuk. Sehingga tidak ada satupun uluran tangannya yang menerima. Sehingga terpaksa, seperti kisah yang lalu. Sendiri dalam perjalanan adalah hal yang biasa.

Untuk bekal dalam perjalanan. Hanya tas yang berisi tangkai pancing dan pernak-perniknya. Tidak ada makanan atau minuman. Biarlah nanti dalam perjalanan saja untuk hal yang satu itu. Karena pasti banyak berjejer pedagang di sepanjang perjalanan.

Setelah segala macam persiapan beres. Akhirnya dengan mengucap Bismillah, dia berangkat. Hari itu pukul 10 pagi. Waktu yang lumayan nyaman untuk melakukan perjalanan. Dan kebetulan cuaca begitu terang. Hal yang sangat diidam-idamkan oleh biker tentunya.

Entah angin apa yang menerpa, di sepanjang perjalanan tidak terlalu macet. Biasanya, di Bekasi, banyak lalulintas yang saling bertindih. Antara persimpangan dengan angkutan umum yang saling mengisi. Sehingga di setiap pasar atau perempatan akan terjadi kemacetan. Suasana yang membuat kesal. Apalagi jika panasnya matahari tidak diiringi dinginnya angin.

Godaan untuk melarikan motor dalam kecepatan tinggi terkadang datang begitu saja menyeruak. Walau dalam hati, ada ketakutan. Jalanan terkadang ibarat ikan yang tersangkut di ujung kail, mencoba meronta-ronta. Selalu ada adrenalin yang meledak-ledak ketika menikmatinya.

Akhirnya tiba juga dengan selamat di tujuan setelah menempuh perjalanan yang lumayan melelahkan. Jatiluhur. Sebuah tempat yang asri dan unik. Di pintu gerbang, diapun mempersiapkan uang lima ribu rupiah untuk membayar biaya retribusi sambil menunggu giliran. Di depannya ada mobil. Tampak petugas sedang menghitung jumlah penumpang di dalamnya. Setelah mereka beres membayar. Tibalah gilirannya. Diberikannya uang itu kepada petugas.

Ruas jalan selepas loket masuk tampak lengang. Mungkin karena sudah sore. Tidak banyak pengunjung yang datang. Jalanan menurun dan menaik memaksa motor bergairah untuk menaklukannya. Terdengar raungan gas dan suara gesekan rem saling bersahutan.

Akhirnya tiba juga di pinggir danau Jatiluhur. Tampak air yang begitu luas di depan mata. Ujung dari danau itu adalah bukit-bukit. Terlihat dengan jelas dari tempat kita berdiri. Di sekeliling danau berbagai macam perilaku manusia. Ada yang memancing, ada yang sedang duduk-duduk bersama kekasih atau keluarga dan ada juga yang berjalan-jalan di atas air menggunakan perahu yang disewakan oleh penyedia jasa.

Saung-saung tampak berjejeran di sebelah kiri danau. Yang dia pikir itu adalah tempat nelayan membudidayakan ikan air tawar. Tampak bangunan tersebut mengambang di atas drum-drum kaleng yang disambung. Sedangkan di sela-selanya ada jaring. Hingga membuat penasaran untuk sekedar jalan-jalan atau mancing di sana. Sepertinya asyik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline