Lihat ke Halaman Asli

Tangan-tangan Tak Terlihat di Sekeliling Presiden Jokowi

Diperbarui: 24 Mei 2016   16:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lord do good to those who are good, who are upright in their hearts (Psalms 125:4)| Presiden Jokowi; penerbit tiga serangkai

Permadi SH, politikus partai Gerindra pernah meramalkan bahwa akhir 2015, atau paling lambat awal 2016, Presiden Jokowi akan lengser. Tidak hanya Permadi, banyak pengamat meramalkan hal yang sama, setelah Jokowidodo terpilih menjadi Presiden RI mengalahkan Prabowo Subianto. Banyak yang memprediksi bahwa pemerintahan Jokowi hanya akan bertahan selama satu tahun. Prediksi ini semakin diperkuat dengan keberhasilan Koalisi Merah Putih menguasai pimpinan parlemen yang menambah kekhawatiran bahwa kerja Presiden akan sengaja "dihambat", sehingga ada alasan untuk melengserkan Jokowi.

Oktober 2014 adalah moment yang tidak mudah untuk memulai kepemimpinannya sebagai RI 1. Di tahun 2013, pemerintah SBY menghabiskan 210 Triliun untuk subsidi BBM, di 2014 dianggarkan sebesar 246 T, sehingga prediksi di 2015  bisa menembus 300T, yang sudah pasti membuat ruang untuk pemerintah mewujudkan berbagai program  yang dijanjikan akan sangat terbatas. 

Namun segera tangan yang tak terlihat menolong Jokowi, dengan keberaniannya pada tanggal 17 November 2014 mengumumkan sendiri kenaikan harga BBM 2000/Ltr guna memberi ruang gerak yang lebih besar bagi pemerintah. Walau saat itu harga bbm sudah bergerak turun ke level USD 80/Bbl, namun pemerintah memilih tidak mau berspekulasi, sebab tidak ada jaminan bahwa harga itu tidak akan naik. Untunglah masyarakat tidak terlalu berontak, dan situasi pun tidak begitu bergejolak kala itu. Dengan demikian, pemerintah bisa lebih tenang dalam mengelola dan mengalokasikan anggaran ke berbagai sektor prioritas.

Turunnya harga bbm sampai ke level USD 30/ Bbl  merupakan berkah tersendiri bagi pemerintahan Jokowi, harga bbm pun bisa diturunkan secara bertahap, walaupun di sisi lain ada penurunan pemasukan dari sektor migas dan terjadinya perlambatan ekonomi, namun pemerintah tidak lagi dihantui oleh besarnya subsidi bbm dan listrik yang sebelumnya sangat menekan ruang gerak pemerintah. Demikian juga kebocoran anggaran, terlihat  bisa ditekan sehingga pos-pos pemborosan dan alokasi anggaran yang tidak tidak perlu, bisa dialihkan untuk pembangunan. 

Untunglah 2015 dana desa sudah bergulir, setidaknya bisa membuat ekonomi di setiap daerah berputar di tengah perlambatan ekonomi. Masyarakat pun tertolong dengan adanya dana desa, pemerintah juga tentu sangat terbantu.

Februari 2015, terjadi polemik pelantikan Kapolri, Jokowi ada di posisi yang sulit, karena terjepit antara mengikuti kemauan parlemen/parpol atau masyarakat. Presiden Jokowi akhirnya berhasil melaluinya tanpa gejolak yang terlalu berarti. Demikian juga ketika konflik antara KPK dan Polri berlanjut, Jokowi akhirnya berhasil mengelolanya dengan relatif baik.

Apa yang diramalkan oleh paranormal dan pengamat yang membuat khawatir masyarakat, ternyata tidak terbukti. KMP perlahan-lahan bisa "digembosi", sehingga hampir tidak ada kesulitan yang begitu berarti yang bisa mereka lakukan kepada pemerintah untuk dapat membuat ramalan paranormal dan pengamat terbukti.

Bahkan terlihat, beberapa partai penghuni KMP sudah tidak tahan dan jenuh dengan halusinasi paranormal dan pengamat yang meramalkan kejatuhan Jokowi. Walaupun tidak dinyatakan secara terbuka, terlihat bahwa mereka sebenarnya sudah bosan dan jenuh dengan ilusi kejatuhan Jokowi. Mereka ingin segera "move on" dan tidak lagi bernostalgia dengan kekalahan. Dan waktu terus berjalan dan mereka memerlukan  "dana segar" untuk menggerakkan partai. Sementara, menanti Kejatuhan Jokowi semakin tidak pasti, sementara internal partai terus bergejolak dan sudah pasti perlu "amunisi" untuk menjaganya tetap aman dan terkendali.

Puncaknya adalah ketika Golkar secara terbuka menyatakan keluar dari KMP. Dan tidak hanya sampai di situ, Golkar sepertinya memberi diri isyarat untuk rela " dipimpin" oleh Pak Jokowi dengan terpilihnya Setya Novanto sebagai ketua umum. Pernyataannya, bahwa Jokowi layak menjabat dua periode, sontak membuat telinga "Banteng" panas, dan suasana pun menjadi gerah.

Ke depan, diprediksi langkah Presiden Jokowi akan semakin mantap dan ringan karena label petugas partai yang selama ini disematkan kepadanya sudah dilepaskannya. Keputusan memperpanjang jabatan Kapolri adalah satu isyarat bahwa label itu sudah tidak lagi berlaku. Kemudian, isyarat dukungan ketum Golkar yang  baru kepada Ahok merupakan pesan tambahan ke Jalan Diponegoro bahwa sekarang bukan lagi masanya "orde lama",  tetapi orde perubahan.

Andai bukan karena tangan- tangan yang tidak terlihat di sekeliling Jokowi, tentulah seperti ramalan paranormal dan pengamat, Pak Jokowi sudah pulang ke Solo, membangun kembali reruntuhan pabrik mebelnya yang sempat terbakar beberapa waktu yang lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline