Kini udah mulai masuk musim penghujan lagi. Alasan kehujanan pasti tidak akan berlaku di perkuliahan. Tidak akan diterima. Itu terlalu klasik.
Bahkan dosen yang mengajar saja tetap masuk. Meskipun dengan kondisi badannya yang kurang sehat. Jadi apalah daya kita untuk mencari alasan.
Musim gugur dengan Oktobernya telah berakhir. Artinya bunga angsana di kampus biru sana telah berguguran. Dan aku masih penasaran dengan kisah cinta Neisyah dan Denta. Seorang pria fotografer misterius yang terus saja bertemu dengan anak indie dengan segala senja nya yang jomblo akut. Akan seperti apa kelanjutannya dan perjalanan sejarah apa lagi yang akan mereka kunjungi setelahnya.
Saking penasarannya aku sampai ingin merealisasikannya saja. Mengira ngira seperti apa sosok seorang Denta, dan lucunya yang muncul di kepala adalah wajah Denta sepertinya mirip kokoh kokoh layaknya MF Gideon. Dan sosok seorang Neisyah belum muncul di kepala seperti apa karena rasa rasanya Neisyah sangatlah cantik dan bijaksana. Hingga begitu banyak ditaksir oleh orang orang hanya saja mereka tak berani untuk mengungkapkannya. Tidak heran sih kalau itu untuk ukuran seorang yang penuh dengan identitas pemimpin dan aktivis sejati.
Ya ampun apalah daya, ana yang cuma anak langit malam dengan rembulan hiasan bintang gemintang ini. Sangat beruntung rupanya punya teman sejarawan seperti itu. Apalagi dengan segala kontribusi yang diberikan. Luar biasa mantap.
Seperti apa sih ruang kuliah di kampus biru sana... hingga toilet saja harus berjalan jauh ke ujungnya mana diceritain harus bertemu si Denta segala lagi. Ehh pada nggak dilanjutin novelnya. Parah sih emang penulisnya. Pake dihapus lagi dari sana. Awas saja kalau ketemu.