Lihat ke Halaman Asli

Petrus Paulus Puru

Tukan Kota Wolo

Pangan Lokal Kembali ke Masa Depan sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi Pembelajaran

Diperbarui: 10 Desember 2019   21:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kasus-kasus anak berstatus gizi buruk dapat dihubungkan dengan rawan pangan. Sebab kondisi pangan dikeluarga-keluarga sangat berpengaruh terhadap status gizi anak-anak. Karena itu, upaya mencegah agar tidak terjadi rawan pangan adalah upaya dini dan tanggung jawab menyelamatkan generasi ini agar di masa mendatang tidakkehilangan kader-kader pembangunan untuk daerah ini. Lebih dari itu, tanggung jawab membangun system pangan yang baik adalah bagian dari upaya nyata pemenuhan dan perlindungan Hak asasi Manusia (HAM). Pangan adalah salah satu hak dasar manusia untuk hidup layak dan bermartabat.

Gizi buruk sebagai kasus kesehatan tidaklah terpisahkan dengan penanganan di hulu. Di sanalah peran penting ketersediaan bahan pangan yang bergizi dan berimbang. Jika di sau sisi ada wacana dan narasi tentang rawan pangan, maka persoalan ikutannya di sisi lain adalah asupan gizi yang kurang normal dan berimbang. Walau dalam wacana dan narasi ini kurang termuat alas an-alasan dan argumentasi rumah tangga tenang kurang gizi dangizi buruk,namun yang pasti adalah kasus gizi buruk bersumber dari asupan makanan di samping fakor-faktor lainnya seperti penyakit tertentu yang berimplikasi lebih lanjut pada asupan gizi.

Dalam wacana tentang gizi buruk ini, suara para korban, dalam halini ibu runah tangga tidak terdengar. Yang terdengar adalah suara-suara pihak luar institusi keluarga seperti PNPM dan Dinas Kesehatan. Dengan demikian, tidak ternarasikan dalam wacana-wacana public tentang keunggulan-keunggulan di keluarga-keluarga dalam mendukung gizi dan kesehatan bagi balita maupun hambatan-hambatan social dan kultural yang melahirkan gizi buruk tersebut. Bahkan dalam narasi tentang gizi burul justru institusi keluarga diposisikan sebagai pihak yang tidak menghadiri posyandu setiap bulan sehingga perkembangan gizi dan kesehatan bayi tidak terkontrol.

Rawan pangan, kurang gizi dan gizi buruk akan selalu bersanding dengan upaya-upaya local utuk keluar dari maslah. Artinya, selain diberitakan secara luas dengan aneka pandangan dan respon, toh di sana tetap ditemui ketangguhan masyarakat dalam menghadapi prahara ini. 

Pangan local menjadi salah satu jalan keluar dari masalah ini. Walau nama dan jenis pangan itu kedengaran rendah bagi sebagian besar masyarakat pengagum beras. Yang disebut pangan local itu adalah aneka bahan pangan yang diproduksi sendiri oleh masyarakat, merupakan makanan khas di daerah ini, bahkan bahan makanan alami yang tersimpan dan terbudidayakan sendiri oleh alam. Untuk konteks NTT, padi-padian (jagung, padi, sorgun, jewawut), ubi-ubian, dan kacang-kacangan merupakan beragam pangan local khas daerah ini. Itulah upaya-upaya agar tetap tegar menghadapi bencana kehabisan pangan.

Keunggulan bahan makanan dari pangan local bukan Cuma rasa. Di kabupaten Manggarai Timur, direfleksikan bahwa produksi pangan local telah menghasilkan manusia bermutu. Hal ini karena panganlokal juga mengandung protein dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh, bahkan mempercepat daya intelektual para konsumennya.

Tersingkirnya pangan local secara perlahan-lahan dari dapur dan meja makan hamper setiap keluarga juga disebabkan perilaku salah petani yang sekaligus sebagai konsumen. Jika petani produsen sendiri tidak lagi meminati pangan local produksinya, maka wajar jika perlahan-lahan kehadiran pangan local semakin langka.

Pangan jajanan merupakan makanan dan minuman siap saji yang dipersiapkan dan/atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalan atau di tempat-tempat lain (FAO, 2008). Jajanan anak sekolah atau Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) berarti makanan atau minuman yang diperjualbelikan di lingkungan sekolah dan menjadi konsumsi sehari-hari anak sekolah. 

Anak sekolah cenderung memiliki kebiasaan jajan yang tinggi sehingga kondisi jajanan yang aman perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan bagi anak.Biasanya para pedagang PJAS kurang memperhatikan higienitas dan keamanan pangan dari produk olahannya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya pencemaran pada PJAS tersebut. 

Berdasarkan laporan Badan POM (BPOM) tahun 2014, pencemaran tertinggi yang terdapat pada PJAS berasal dari mikrobia. Pencemaran ini terjadi karena kondisi bahan baku yang kurang baik dan proses pengolahan yang tidak higienis. Selain itu, adanya bahan tambah pangan, seperti pemanis buatan dan pengawet dengan dosis berlebih juga menjadi penyebab lain tidak amannya PJAS.

Terjadinya masalah tersebut dapat disebabkan oleh para pedagang yang baik disengaja maupun tidak disengaja mengabaikan kaidah-kaidah keamanan pangan. Selain itu, ketidaktahuan konsumen juga menjadi pendukung rentannya keamanan pangan pada PJAS. Masalah ini menjadi sangat penting karena konsumsi PJAS yang tidak aman secara terus menerus akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan konsumennya, dalam hal ini ialah anak sekolah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline