Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com

Ridwan Kamil Vs Mahfud, Etika Politik, dan Komunikasi Massa

Diperbarui: 17 Desember 2020   15:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ridwan Kamil, Etika Politik, dan Komunikasi Massa

Entah apa yang ada dalam benak Ridwan Kamil, sehingga bisa menohok Menkopolhukam Mahfud MD sebagai sosok yang paling bertanggung jawab atas kerumunan yang tercipta saat penjemputan Rizieq Shihab. Cukup menarik, karena Ridwan Kamil sudah sempat berucap mau silaturahmi dengan Rizieq yang ia bungkus dengan indah mengatakan sowan kepada siapapun adalah baik.

Usai menjadi polemik dan ada upaya hukum atas itu semua, Ridwan Kamil mundur alon-alon. Toh tetap saja terkena panggilan polisi. Menarik, ketika ia mencoba "menggigit" menteri, menteri koordinator pula. Layak dicermati beberapa hal sebagai berikut;

Demokrasi memang saatnya orang bebas mengemukakan pendapat, suara, atau apapun yang dirasakan sebagai buah pikirnya. Mau setuju atau tidak pada pendapat pihak lain itu sah-sah saja. Tetapi kan tidak harus abai dan lupa etika, adat budaya timur, dan yang pasti ranah birokrasi yang semestinya.

Kontestasi 2024 ternyata membuat keadaan sudah memanas sejak sekarang. Susah melepaskan rivalitas 24 dengan kondisi yang ada. Lihat saja Gubernur Banten sama sekali tidak terlibat dalam kisah Rizieq Shihab ini. Padahal kalau mau bisa saja dan sangat mungkin. Toh tidak. Cenderung politis untuk 24.

Media massa. Aneh dan lucu, bagaimana bisa Ridwan Kamil mengucapkan itu kepada pewarta. Usai diperiksa karena adanya masalah protap di daerahnya. Juga ia lupa pernyataan awalnya yang mengatakan saya bertanggung jawab atas kerumunan di Megamendung. Ketika awal polisi mengatakan akan turun karena ada kerumunan yang sangat mungkin itu adalah pelanggaran hukum.

Ada kontradiksi, dan itu masalah ketika berkaitan dengan 24. Kini ramai-ramai menunggah tulisan terima kasih RK sudah menyatakan diri dan kini selamat berpisah. Sangat wajar ternyata banyak yang kecewa dengan apa yang ia buat terakhir itu. Padahal  ketika mengaku bertanggung jawab soal Mega Mendung suara itu tidak ada.

Tujuan jelas mau mengurangi rival dengan menyepak Mahfud. Malah panggung diperoleh Mahfud dengan keberanian mengaku apa yang pernah ia nyatakan dan apa yang Ridwan Kamil tujukan. Jawaban yang memperlihatkan kepiawaian di dalam berdiplomasi dan berpolitik. Kelasnya berbeda.

Sangat mungkin Ridwan Kamil kini berperilaku sebagai politikusyang mau menyusun rencana 24, oleh penasihat politiknya, bisa konsultan, bisa parpol, untuk menyasar rival. Berbeda jauh dengan sikapnya ketika menyatakan bertanggung jawab dan meminta maaf kala itu.

Sejatinya ini bukan kisah pertama abai ranah etis politik. Bagaimana JK sudah memulai memantik dengan perseteruan dengan Rizal Ramli. Cukup panjang mereka berpolemik. Hal yang memperlihatkan bagaimana politikus ini masih kekanak-kanakan. Saling membuka aib dan itu ranah yang seharusnya adalah rahasia. Termasuk membawa-bawa nama Presiden Jokowi lagi. Sangat tidak elok.

JK juga menyatakan dukungan kepada Rizieq Shihab dengan menafikan nalar umum yang ada. Bagaimana bisa Rizieq dikatakan pemimpin yang baik dan bisa mengisi kekosongan kepemimpinan. Mana bukti dari itu? Malah perilaku sebaliknya yang ada.  Lucu saja kebenaran dan faktualisasi sekadar kaca mata dan klaim sepihak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline