Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com

Menanti Kiprah Fadli Zon di Bawah Kepemimpinan Si "Plonga-plongo"

Diperbarui: 12 Oktober 2019   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menanti Kiprah Fadli Zon di Bawah Kepemimpinan Si "Plonga-plongo"

Eits jangan baper apalagi ngegas dulu, plonga plongo meminjam istilah dari pimpinan dewan periode lalu itu. Istilah sangat  tidak patut disematkan pimpinan dewan bagi presiden yang sedang memerintah. Partner kerja bahasa resminya. Namun itulah kualitas priadinya.

Politik itu cair, tidak ada yang abadi. Mana ada kawan sejati da lawan kekal. Itu yang kemarin terjadi, Prabowo ke istana dan berbicara dengan akrab, erat, dan kekeluargaan dengan Presiden Jokowi. 

Rivalitas selesai dengan usainya gugatan MK. Jokowi menjadi presiden dan presiden terpilih menunggu waktu pelantikan, dan Prabowo menjadi rakyat biasa lagi. Sesederhana itu.

Nah ketika pertemuan kedua, di istana lagi, signal Prabowo dan Gerindra merapat dan mendukung pemerintahan sangat terbuka. Salah satu yang biasanya menjadi perbincangan dan spekulasi adalah mendapatkan jatah kursi kabinet atau menteri sangat terbuka.

Berbagai pembicaraan, nama, ataupun posisi itu beragam. Salah satu yang juga masuk dalam perbincangan adalah Fadli Zon. Cukup menarik, bagaimana ia akan menjadi menteri dengan rekam jejak digital yang demikian masif itu, plus kejamnya netijen bangsa ini kalau mengulik  kenaifan yang ada.

Menilik sepi dan diamnya Zon akhir-akhir ini, cukup kuat ia akan masuk dalam kabinet. Indikasi yang sangat mungkin. Model Jokowipun demikian biasa bersikap pada "musuh" bukan semata rival dalam berpolitik. Lihat ada Tantowo Yahya, Ngabalin, ataupun secara tidak langsung Kapitra Ampera. Pendekatan yang logis sebagai  seorang politisi tulen.

Justru perlu dilihat adalah bagaimana sikap profesional Fadli sebagai politikus. Apakah ia tetap akan garang dan menyerang dengan mengatasnamana autokritik? Jika iya, kurangi saja kadar ugal-ugalan, dan beri proporsi dan porsi kewarasan di sana dengan menambahkan solusi dan dukungan, akan menjadi baik dan bagus malah.

Kritik itu harus, namun mendasar dan bukan semata waton sulaya. Nah ketika porsi waton sulaya ini tidak ada justru menjadi kekuatan bagi bangsa dan negara. Namun apakah itu bisa dan mampu serta memiliki kapasitas untuk itu.  

Susah untuk meyakini bisa, selama ini tanpa adanya kualitas yang tersaji. Lima tahun  bukan waktu singkat untuk mengetahui kapasitas orang, apalagi aktif dalam media.

Akan tambah buruk bagi citra Zon, jika tetap melakukan nyinyiran dengan lagak lagu yang sama. Karena memperlihatkan kepribadian yang maaf tidak tahu malu dan memperhinakan diri ketika masuk dalam kabinet dan mempermalukan kabinet dan presiden, sama juga melempar kotoran ke muka sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline