Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com

"Konspirasi" versus "Konspirasi", Siapa Menang, Pak Beye atau Pak Antasari?

Diperbarui: 18 Februari 2017   08:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Konspirasi”  vs “Konspirasi”, Pak Beye dan Antasari Azhar

Pilkada DKI yang panas makin panas kala Pak Antasari yang usai memperoleh grasi, sehari sebelum pencoblosan menyatakan dengan gamblang bahwa ia masuk penjara karena adanya dalang di balik itu semua. Sekian tahun kasus ini berjalan, baru hari itu Pak Antasari menyebut Pak Beye sebagai “biang” atas kriminalisasi dirinya. Yang jelas nama sudah disebut dengan segala risiko dan segala tetek bengek yang mengikutinya.

Merasa tersudut apalagi H-1 saat puteranya mau digadang-gadang jadi gubernur, eh malah ada nyanyian kurang sedap dan sumbang demikian. Biasa, Pak  Beye langsung bereaksi dengan caranya, dan kembali menuding penguasa terlibat di balik keberanian Pak Antasari, dengan bumbu soal grasi yang beraroma politis dalam radar Pak Beye. Dan tidak ketinggalan  soal penggerusan suara anaknya.

Penguasa, berarti  pemerintah dan segala atribut pendukungnya, di mana ada parpol pendukung dan parpol pemilik presiden langsung juga menjawab dengan berbagai caranya. Hilir mudik analisis baik amatir ataupun profesional. Saling bela dan klaim kebenaran bertebaran.  Ada pula yang menilai mana perlu melihat kedua orang masa lalu yang sudah usai dengan pengabdian mereka. Itu sah-sah saja.

Konspirasi versi Antasari.

Pak Antasari menyatakan kalau kasus yang menyeretnya ke penjara karena mau menyelesaikan besan Pak Beye yang diduga korupsi. Kisah pembunuhan dengan alasan cinta segitiga tercipta. Persidangn melelahkan tersaji dan ketok palu pengadilan menyatakan kalau ketua KPK ini terbukti melakukan pembunuhan. Soal berbagai kejanggalan, kisah yang menyertai, itu hak dan kewajiban pengadilan membuktikan.

Usai keluar dari penjara, dia menyatakan ikhlas dan tidak dendam kepada siapapun. Pengalaman di penjara ia cukupkan untuk menatap ke depan. Mengajukan grasi dan mendapatkannya,  dengan demikian ia bebas murni. “Petualangan” politik dimulai ketika ia datang ke debat kandidat DKI-1, dengan duduk di deretan tertentu, dan mendukung paslon tertentu.

H-1, laporan ke polisi soal kasusnya, dengan menyebut dua nama tenar negeri ini, Presiden SBY dan calon presiden Harry Tanu. Sontak dunia persilatan, eh perpolitikan geger kembali. Hiruk pikuk pilkada makin panas, lebaran kuda dengan dinamikanya kembali memanas dengan gebrakan menghentak ini.

Konspirasi versi Pak Beye

Sontak jawaban digelar, Pak Beye dengan ciri khasnya langsung menyatakan hal ini sebagai fitnah. Diikuti oleh putera-puteranya dan kader terbaiknya pun bersuara yang sama. Berlebihan lagi tatkala Pak Beye malah mengaitkannya dengan penguasa saat ini. Artinya, Pak Beye menduga kalau tidak boleh menyatakan menuduh Pak Jokowi ada di belakang ini semua. Apalagi dilanjutkan dengan pernyataan soal penggerusan suara untuk AHY. Pak Antasari di depan Pak Beye melakukan konspirasi bersama penguasa untuk menggembosi suara AHY.

Konspirasi. Apa guna konspirasi? Ada pihak yang terganggu dengan pergerakan pihak lain. Biasanya penguasa atau kekuasaan yang terusik dengan apa yang dilakukan kelompok atau pribadi lain. Karena merasa  terancam atau tertekan, mengajak pihak lain untuk merusak skenario yang akan dijalani kelompok yang dinilai mengganggu tersebut. Bisa juga kelompok yang tidak memiliki kekuasaan atau posisi tawar namun mengingkan untuk memperoleh kedudukan, sehingga membuat bisa saja kasak kusuk, atau intrik untuk menggoda kekuasaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline