Lihat ke Halaman Asli

Patricia Govanni

Mahasiswa Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana

Bebaskan Sungai Cikunir dari Pencemaran

Diperbarui: 1 Juni 2020   08:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Indonesia memiliki sungai dan anak sungai yang cukup banyak. Sungai tersebut sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya untuk memenuhi kegiatannya sehari-hari. Namun sayangnya, sungai tersebut banyak yang tercemar. 

Penyebab tercemarnya sungai yang ada biasanya lebih sering disebabkan oleh pabrik industri yang membuang limbahnya ke dalam sungai. Akibat pencemaran sungai ini, masyarakat mulai kekurangan air bersih untuk mencuci baju, minum, mandi dan kegiatan lainnya. Salah satu sungai yang sudah tercemar parah yaitu sungai Cikunir yang berlokasi di Kecamatan Singaparna, kota Tasikmalaya.

Ancaman Pencemaran

Sungai Cikunir ini tercemar pada bagian hulu dan hilirnya. Pencemaran di daerah hulu terjadi karena adanya kegiatan penambangan pasir. Air yang digunakan untuk mencuci pasir tersebut dibuang ke dalam sungai dan menyebabkan pengendapan lumpur pada dasar sungai yang menyebabkan sungai menjadi dangkal serta membuat air menjadi keruh.. 

Pada bagian hilirnya, pencemaran terjadi karena limbah rumah tangga, zat pestisida yang digunakan oleh para petani serta limbah berasal dari pabrik gula yang terletak di wilayah Cikadondong, Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya. Dampaknya masyarakat yang tinggal di sana mulai mengalami kekurangan air bersih dan kesehatan masyarakat terancam. 

Apabila airnya terkena permukaan kulit, maka dapat menyebabkan gatal-gatal. Air dari tersebut menimbulkan bau yang tidak sedap dan warna yang hitam. Ikan-ikan pada sungai tersebut pun banyak yang mati dalam keadaan berwarna hitam. Menurut Kepala Bidang Penataan dan Penaatan Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tasikmalaya, hasil uji air sungai Cikunir menunjukkan bahwa kandungan COD mencapai 596.4745 (baku mutu = 100), kandungan cadmium 0.055 mg/l (baku mutu = 0.01), kandungan BOD 114.5 (baku mutu = 50) dan pH 4.7 (baku mutu = 6-9). Hal ini menyatakan bahwa sungai Cikunir sudah sangat tercemar karena hasil ujinya berada di atas baku mutu.

Kolaborasi Kelola Sungai

Situasi krisis sungai Cikunir menyatakan bahwa hal ini harus segera dikelola. Untuk menyusun program pengelolaan perlu dilakukan monitoring kualitas air sungai agar dapat diketahui sumber dan tingkat pencemaran, pihak pencemar, serta permasalahan dan pihak-pihak yang terlibat dalam program pengelolaan. 

Monitoring dapat dilakukan secara biologis, fisika dan kimiawi. Program monitoring ini sudah meliputi tahap untuk pengumpulan organisme indikator (bioindicator), analisa fisik seperti suhu, TDS (Total Dissolve Solid) dan TSS (Total Suspended Solid), serta analisa kimia seperti pH, DO (Dissolved Oxygen), COD (Chemical Oxygen Demand), BOD (Biology Oxygen Demand), uji nitrat dan nitrit, dan kandungan dalam air seperti Cl, Mg dan lainnya. Organisme indikator yang disarankan yaitu makroinvertebrata. 

Makroinvertebrata ini dipilih sebagai bioindikator karena hidupnya melekat pada suatu substrat sehingga tidak akan mudah untuk berpindah dari suatu daerah ke daerah lainnya karena motilitasnya pun rendah. Makroinvertebrata juga memiliki kepekaan yang cukup tinggi terhadap perubahan lingkungan sekitarnya. Hasil dari semua analisa ini akan dibandingkan dengan baku mutu. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini yaitu membangun IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) untuk pabrik dan rumah tangga sehingga limbah yang dikeluarkan sudah aman bagi lingkungan. Sedangkan untuk memulihkan sungai Cikunir, dapat memanfaatkan mikroorganisme yang dapat mengurai bahan organik yang mencemari sungai. 

Umumnya, pabrik gula menghasilkan limbah yang memiliki kandungan bahan organik di dalamnya. Proses ini disebut dengan proses degradasi dan akan terus menerus berlanjut apabila lingkungan mendukung kehidupan mikroorganisme tersebut. Salah satu contoh bakteri yang dapat mendegradasi bahan organik yaitu Staphyllococcus aureus. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline