Lihat ke Halaman Asli

Panji P.A

Penulis dan Pengamat Keuangan

Milenial dan Akses terhadap Perumahan

Diperbarui: 8 Mei 2024   01:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: Freepik via KOMPAS.com)

Dalam sebuah pertemuan dengan kawan lama pada beberapa hari yang lalu, penulis mendapatkan keluhan bahwa kawan ini, yang usianya sudah mulai masuk ke umur 40 tahun, masih belum mempunyai rumah hingga saat ini. 

Sang kawan menceritakan, bahwa kondisi ini tidak dialami olehnya sendiri, namun masih banyak kawan-kawan sebaya dengannya (yang juga termasuk generasi milenial) pun mempunyai permasalahan sebelas dua belas dengannya.

Kondisi kawan ini cukup membuat penulis tercenung dan menyadari bahwa masalah akses terhadap perumahan ini tidak hanya nasib seorang-dua orang saja, melainkan sudah menjadi nasib satu generasi secara keseluruhan. 

Sebagai seorang pengamat dalam dunia keuangan dan juga sebagai anak milenial, penulis merasakan kegetiran yang cukup dalam atas ironi ini. 

Bagaimana tidak, sebagai sebuah generasi terbanyak kedua setelah generasi Z dan memegang populasi sebanyak 25,87% dari total penduduk Indonesia menurut catatan Sonny Harmadi (seorang pakar demografi dari ITS Surabaya), merupakan generasi yang paling banyak tidak memiliki rumah di republik ini atau sebanyak 4,39 juta orang menurut dataindonesia.id. 

Kegetiran itu semakin bertambah-tambah jika penulis melihat data statistik Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang saat ini menunjukkan kecenderungan kenaikan setiap tahunnya di mana outstanding KPR per Februari 2024 lalu bahkan telah mencapai Rp668 triliun.

Ada apa dengan generasi milenial?

Memang banyak catatan bagi generasi ini, yang salah satunya, berdasarkan Indonesia Millennial Report 2024 yang dirilis oleh IDN Times, bahwa pada generasi ini memiliki perilaku yang cenderung untuk mencari pengalaman baru melalui travelling atau liburan. 

Namun masalahnya tentu tidak sesederhana itu, rendahnya rata-rata daya beli pada generasi ini (yang masih menurut temuan dari IDN Times) masih berada di angka tidak lebih dari Rp5 juta per bulan. 

Rendahnya daya beli yang dimiliki generasi ini tentu saja membuat mimpi untuk memiliki rumah sendiri menjadi sesuatu yang sulit untuk dicapai. Hal itu ditambah lagi dengan semakin menjulangnya harga properti yang terus mengalami kenaikan setiap tahunnya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline