Lihat ke Halaman Asli

Didik Purwanto

Tech Buzz Socialist

Kereta Harus Jadi Transportasi Utama

Diperbarui: 6 Desember 2015   07:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Persiapan kereta komuter jurusan Kota-Bogor"][/caption]Salah satu ciri negara maju adalah mengutamakan transportasi umum bagi masyarakatnya. Salah satu transportasi umum yang harus ada adalah kereta, termasuk Rel Kereta Listrik (KRL).

Mengapa kereta harus menjadi transportasi utama? Pada dasarnya transportasi adalah sebuah media untuk memindahkan orang, bukan kendaraan.

Dengan menggunakan kereta, orang mampu berpindah dengan cepat, aman, nyaman, dan murah.

Beda dengan kendaraan (baik mobil maupun sepeda motor) yang sebetulnya sama-sama memindahkan orang, tapi kendaraannya juga ikut berpindah. Ini bisa dianggap transportasi yang tidak efisien dan efektif.

[caption caption="Gunakan transportasi umum, bukan kendaraan pribadi"]

[/caption]Saat ini jumlah kendaraan yang terus meningkat setiap hari memicu masyarakat semakin mengeluh macet saat beraktivitas. Bagaimana tidak, data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menyebut sekitar satu juta unit mobil terjual di Indonesia setahun. Sepeda motor terjual sekitar 9 juta unit per tahun.

Di sisi lain, pertambahan jumlah kendaraan tidak dibarengi dengan pembangunan infrastruktur, khususnya jalan yang memang arealnya semakin terbatas. Ini yang memicu kemacetan sulit dipecahkan bila transportasi berbasis kereta belum menjadi prioritas pembangunan pemerintah, baik kota maupun daerah.

Beruntung, PT Kereta Api Indonesia (KAI) melalui anak usahanya, PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) bertransformasi menjadi perusahaan yang semula terus merugi kini menjadi perusahaan yang untung.

KERETA MASA LALU

Sejak migrasi ke Jakarta pada 2008, saya benar-benar bisa merasakan transformasi bisnis PT KAI dan KCJ soal perkeretaapian.

Saat mudik, saya pernah naik kereta api ekonomi yang hanya Rp 50 ribu dari Kediri hingga Jakarta. Dengan harga yang murah tersebut, otomatis pelayanan yang diberikan pun ala kadarnya.

Saya pernah duduk di sambungan kereta hingga dekat dengan toilet yang baunya minta ampun. Benar-benar perjalanan tidak manusiawi waktu itu. Sampai tujuan, badan saya malah sakit karena dalam perjalanan sekitar 13-15 jam tersebut minim istirahat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline