Lihat ke Halaman Asli

Opa Jappy

Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan

Unjuk Rasa di Depan Kedubes Myanmar Bukan Solusi Cerdas

Diperbarui: 2 September 2017   23:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : WA Indonesia Hari Ini

Siang tadi, ketika melewati Kedubes Myanmar, nampak sejumlah (tampaknya tak sampai 100 orang) pendemo, pemuda, pria paruh baya, hingga ibu rumah tangga, membawa sejumlah poster bertuliskan 'Usir Dubes Myanmar' dan 'Penjarakan Kembali Aung San Suu Kyi'. Juga membawa poster bergambar Aung San Suu Kyi dilengkapi deretan aksara berbunyi 'The Inhuman Lady' (perempuan yang tak berperikemanusiaan). Yah, itulah kita, itulah Indonesia, mudah digerakan untuk demo dan mendemo.

Tapi, kali ini, pendemonya cuma segitu. Sekian tahun lalu, unjuk rasa 'melawan' Myanmar sangat heboh. Ketika itu, puluhan ribu umat PKS, HTI, dan FPI membanjiri jalan-jalan utama Jakarta hingga Bundaran HI. Bahkan, ada orator yang provokasi massa agar bunuh sana-sini, dan rencana beli senjata untuk Rohingya.

Trus, mengapa kali ini unjuk rasa 'Save Rohingya' jadi sepi? Sulit menemukan jawaban yang pasti.

Beberapa saat lalu, ketika bertemu dengan salah seorang 'pebisnis demo' di  Halte Bus, ketika ditanyakan, mengapa tidak turun, ia  menjawab, "Buat apa demo di situ, tujuannya apa, tak ada uangnya." Nah ....!

Apa memang orang Indonesia sudah tak memiliki solidaritas? Tak juga.

Indonesia masih memiliki solidaritas, empati, dan simpati terhadap siapa pun yang tertindas dan memgalami penindasan. Itu sejalan dengan amanat UUD 45.

Pemerintah RI, melalui Menlu, tanpa harus berseru-seru di media, apalagi berkomentar tak bermutu ala 'politikus cari muka,' telah melakukan 'virtual confrence' dengan berbagai pihak. Gerak sigap dan langkah cepat Menlu, patu diapresiasi oleh semua berbagai kalangan di dan dalam negeri.

Langkah strategis tersebut, menurut rekan-rekan pengajar Hubungan Internasional, sudah tepat. Menlu gunakan media komunikasi yang tepat; dan mungkin saja, pada (nanti)  pertemuan internasional untuk perdamaian, yang terjadi hanya menyetujui langkah kongkrit dan teknis.

Dengan demikian, saya berharap, mungkin juga anda dan saya, Indonesia bisa mengusulkan 'solusi menang-menang' untuk Rohingya dan Pemerintah Myanmar.

Jadi, betul juga kata teman yang 'pebisnis demo,' buat apa demo di depan Kedubes Myanmar, jika tak bisa selesaikan masalah.  Ya, buat apa unjuk rasa 'Save Rohingya,' jika hanya untuk menghujat dan caci maki?

Opa Jappy

Relawan Cinta Indonesia

Gerakan Damai Nusantara




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline