Lihat ke Halaman Asli

Oman Salman

Guru SD. Surel: salmannewbaru@gmail.com

Perjalanan Ribuan Kilometer Nabi Muhammad Saat Usia 9 Tahun

Diperbarui: 5 April 2019   15:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Takdir Tuhan telah membawa Muahammad menjadi yatim piatu sejak usia 6 tahun. Setelah itu, beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Mutholib. Abdul Mutholib mengasuh Muhammad bersamaan dengan dua putranya dari perkawinan terakhirnya yaitu Abbas dan Hamzah. Keduanya berarti adalah paman dari Muhammad. Namun, Abdul Mutholib yang kala itu sudah uzur, tidak lama ia dipanggil oleh yang Maha Kuasa. Saat itu, Muhammad berusia delapan tahun dan Muhammad pun lalu diasuh oleh pamannya, Abu Tholib, yang kala itu menjadi pimpinan Bani Hasyim, meneruskan ayahnya, Abdul Mutholib.

Kondisi ekonomi Abu Tholib kala itu sedang mengalami kesulitan. Namun kondisi ini tidak membuatnya mengurangi rasa cinta beliau kepada Muhammad yang yatim piatu. Setahun sejak ia mengasuh Muhammad, ia mengadakan perjalanan dagang bersama kafilahnya ke Syiria. Muhammad yang kala itu berusia 9 tahun, disertakannya bersama rombongan. Jika kita cek jarak anatara tempat tinggal Muhammad kala itu, Mekah, adalah sejauh lebih dari 2.000 Km. menuju Syiria. Jika kita coba bandingkan di Indonesia, itu mendekati jarak dari Bandung ke Medan.

Sungguh perjalanan yang amat sangat jauh untuk anak usia 9 tahun. Belum lagi jika kita bayangkan medan perjalanan yang sangat sulit, melewati padang pasir, bukit, kondisi keamanan yang kapan saja bisa terancam, dan lain-lain. Dan tentunya moda transportasi waktu itu, dengan hanya mengendarai unta patut kita bayangkan kesulitannya. Satu kata: Luar Biasa.

Memang, dalam babak berikutnya, Muhammad menjadi pribadi yang serba bisa. Beliau menjadi pemanah yang ulung, pemain pedang yang luar biasa, juga pegulat yang tangguh. Beliau pun menjadi pedagang yang sukses. Kesuksesan dan kemampuan luar biasa ini dicapai dalam usia yang relatif muda, dan beliau waktu itu belum menikah. Namun, ada hal yang patut kita perhatikan lebih dari sekadar kesuksesan yang diraihnya, yaitu beliau memiliki akhlak yang mulia melampaui kondisi zamannya. Sehingga di usia sekitar 25 tahun orang-orang memberi beliau gelar al-Amin: Yang dapat dipercaya. Mungkin, kondisi kepahitan dan penderitaan, serta pendidikan yang sangat baik dari orang-orang yang mencintainya, telah menempa beliau menjadi pribadi yang sedemikian mengagumkan. Dan tentunya bimbingan Ilahi yang menyinari kebeningan hati Sang Nabi.

Mungkin, sebagai tambahan bagi pembaca yang budiman, penulis menulis topik ini berhubungan dengan penulis sedang membaca buku sejarah Nabi Muhammad karya Karen Armstrong. Pada saat masuk bagian masa kecil nabi, seperti yang penulis uraikan di atas (dengan bahasa sendiri), penulis langsung mencari tahu tentang seberapa jauh jarak anatara Mekah dan Syiria. Begitu melihat ribuan kilo jarak yang ditempuh, penulis langsung tak henti-henti menahan kagum. Di usia sekecil itu, sudah melakukan perjalanan yang penuh risiko.

Kehidupan pahit dan berat sudah dialami Nabi sejak masa kanak-kanak. Kita dapat membayangkannya, usia sebelia itu sudah yatim piatu. Belum lagi kondisi ekonomi orang yang mengasuhnya sedang dalam keadaan tidak stabil. Namun, beliau mampu melewati semua cobaan itu dengan keberhasilan yang gemilang. Memang sejarah hidup manusia-manusia besar selalu dipenuhi dengan derita dan kepahitan, sejak mereka masih kanak-kanak, bahkan sejak masih dalam kandungan sekalipun. Begitu juga sejarah nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad, penuh dengan penderitaan dan kepahitan.

Mudah-mudahan tulisan singkat ini dapat memotivasi kita serta semangat juang kita untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Amiin..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline