Lihat ke Halaman Asli

Oktavia Via

Mahasiswa

Sigap dan Tepat Kenali Gejala ADHD Pada Anak

Diperbarui: 6 November 2022   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa itu ADHD? Menurut Nevid (2005:160) ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder adalah gangguan perilaku yang ditandai oleh aktifitas motorik berlebih dan ketidakmampuan untuk memfokuskan perhatian. Gangguan tersebut bisa terjadi pada anak sehingga menyebabkan anak kesulitan dalam belajar, berperilaku, bersosial maupun kesulitan-kesulitan lain yang terkait. Sebagai orang tua yang sigap dalam perkembangan anak, orang tua harus mampu mengenali berbagai karakteristik serta perilaku anak sehingga, apabila anak terdapat gejala kurang biasa, anak dapat dengan segera menerima penanganan yang tepat.

Banyak sekali faktor penyebab anak terkena gangguan ADHD dan penyebab pastinya sampai kini belum diketahui dengan pasti. Namun, ada beberapa faktor kuat yang memicu gangguan tersebut yakni bisa dari faktor genetik, faktor lingkungan, maupun kerusakan otak. Dari faktor genetik yakni apabila terdapat keturunan yang terkena gangguan ADHD maka kemumgkinan risiko mederita ADHD akan tinggi. 

Sedangkan pada faktor lingkungan yakni bisa dari paparan zat berbahaya atau dari kondisi pada saat kehamilan ibu. Apabila pada saat kehamilan, ibu mengonsumsi obat-obatan terlarang maupun merokok maka bisa mengakibatkan kelahiran prematur atau gangguan sistem saraf pada anak yang hal tersebut dapat menjadi faktor paling berpengaruh terkenanya ADHD.

Menurut American Phychiatric Association (APA) ADHD dikasifikasikan dalam tiga tipe dan setiap tipe pengklasifikasian memiliki jenis gejala yang berbeda. Yang pertama yakni kurangnya perhatian, hal ini ditandai dengan sulitnya memperhatikan dengan detail, mudah terganggu, ceroboh, serta pelupa. Yang kedua yakni hiperaktif, perilakunya seperti banyak gerak, sering berbicara berlebihan, serta meninggalkan kursi pada situasi belajar yang menuntut duduk tenang. 

Sedangkan yang terakhir implusif yakni sulit untuk menanti giliran dan sering menginterupsi atau mengganggu orang lain. Apabila anak sudah menunjukkan gejala perilaku tersebut, sebagai orang tua harus segera tanggap mengonsultasikan pada ahli seperti psikiater agar tidak ada self diagnose.

ADHD didiagnosis 2 sampai 9 kali lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan pada anak perempuan (APA, 2000 dalam Nevid, 2005 : 160). ADHD pada anak sering disadari orang tua pada saat anak menginjak usia sekolah padahal, ADHD bisa terjadi pada anak usia 3 tahun. Maka dari itu, kewaspadaan orang tua terhadap perkembangan anak harus lebih dikuatkan terutama pada anak usia dini. ADHD tidak dapat disembuhkan, namun ADHD bisa dilakukan pengobatan dini untuk membantu mengelola gejalanya seperti dengan obat-obatan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline