Lihat ke Halaman Asli

Ogie Urvil

CreativePreneur, Lecturer

Negotiating with Our Dream..

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1409303284858467002

Dulu saya inget banget waktu masih kuliah sarjana, makan nasi goreng di kantin kampus, seorang teman ngomong gini ke saya: “Mimpi jangan tinggi2 deh, ntar jatohnya sakit loh..”

Mungkin sekarang ini juga ada orang2 yang memilih untuk menggunakan sudut pandang ini untuk melihat impian2nya sendiri  (kalo emang punya mimpi loh ya..). Sayangnya, saya sama sekali nggak bisa inget gimana respon saya saat dulu temen saya ngomong gitu ke saya.. Apakah saat itu saya langsung nyengir aja, atau membenarkan pernyataan dia, atau menolak, atau senyum asem, atau reflek bilang WOW gitu !!..

Karena saat itu masih muda, dan seperti pemuda pada umumnya, selalu ada masa2 terjangkit penyakit galau. Kalau sekarang ada orang ngomong begitu ke saya, respon saya pasti akan berbeda. Saya kurang sependapat sama saran “mimpi tuh jangan tinggi-tinggi”. Karena sebuah mimpi atau target itu bisa dibilang “tetap”, sedangkan kemampuan atau skill kita bisa bertambah dan berkembang. Jika merujuk ke pernyataan teman saya tadi, dia berarti memilih untuk bernegosiasi dengan ketinggian mimpinya. Alias, daripada dia mimpi tinggi2 terus jatoh, sakit pulak, jadi mending dia menurunkan ketinggian mimpinya, jadi kalo jatoh nggak sakit.

Meski nggak ada parameter yang spesifik untuk menentukan tingkat ketinggian mimpi seseorang, tapi banyak fakta yang menunjukkan kalo orang2 sukses yang besar2 itu mimpinya pasti tinggi2.. Kita sudah liat sendiri gimana itu mimpi besar orang2 pengubah dunia seperti Bill Gates dan Steve Jobs.. Tokoh2 sukses “lokal” pun seperti Ippho santosa, Mario Teguh, dan lain sebagainya juga berhasil membuktikan bahwa mimpi yang berlandaskan tindakan itu sangat mungkin untuk diraih.

Jadi, karena saya menganut paham “kepantasan”. Kenapa nggak memilih untuk bernegosiasi dengan upaya (termasuk peningkatan & pengembangan skill..) ?? Jadi, jangan mimpinya yang dikecilkan, tapi bernegosiasilah dengan kepantasan upaya.. Kalo mimpi saya setinggi langit, berarti saya mesti mengeluarkan resources yang pantas pula untuk meraih mimpi saya yang setinggi langit itu. Apapun dan gimanapun caranya yang penting halal. Sederhananya, semakin besar mimpi seseorang, semakin besar upaya yang harus dikerahkannya untuk mencapai mimpi tersebut.

Bruce Lee bilang: “Jadilah pemimpi yang dilandasi oleh tindakan nyata.” Dia juga meneruskan: “A goal is not always meant to be reached, it often serves simply as something to aim at..”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline