Lihat ke Halaman Asli

Nurul Muslimin

TERVERIFIKASI

Orang Biasa yang setia pada proses.

Maling

Diperbarui: 11 April 2021   07:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Ilustrasi: https://aceh.tribunnews.com/ (dimodifikasi)

Tengah malam, usai sholat tahajud, Kang Ngatman pun bersiap istirahat. Dia baringkan tubuhnya di lincak Bambu di ruang tengah rumahnya yang sederhana.

Tiba-tiba terdengar "krekkk..." suara pintu dapur belakang seperti di buka seseorang.

Kang Ngatman berdiri dan bersijingkat mendekati dinding penyekat ruang tengah dengan dapur belakang. Dinding gedhek itu sudah banyak lubang-lubangnya karena keropos.

Pelan-pelan Kang Ngatman mendekatkan matanya, mengintip di lubang dinding yang agak besar.

Melihat tangan seseorang membawa linggis masuk di sela pintu dapur, Kang Ngatman pun gemetar badannya. Lalu, Kang Ngatman pun cepat-cepat sembunyi di belakang sketsel tua peninggalan bapaknya.

"Maliiiingg...maliinggg... maliinggg...", Tiba-tiba suara warga pun riuh di depan rumah Kang Ngatman. Orang itu pun secepat kilat berkelebat lewat pintu dapur. Kang Ngatman semakin ketakutan.

Tak lama kemudian terdengar suara "bak..buk..bak buk..." Warga memukuli maling yang ketangkap.

"Ampun paakk....ampun pakkk" teriak maling itu.

Setelah situasi rumah agak tenang, Kang Ngatman pun keluar dan menuju Balai Desa untuk melihat kerumunan warga yang memukuli maling itu.

"Tembak saja Pak Hery!...Tembak saja malingnya! Seru Mas Yono kepada Pak Hery, polisi yang kebetulan menjadi warga baru di kampung itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline