Lihat ke Halaman Asli

Nurulloh

TERVERIFIKASI

Building Kompasiana

Lagi-lagi Masalah Ambalat

Diperbarui: 26 Juni 2015   20:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_323" align="alignleft" width="298" caption="Kompas/Korano Nicolash. Satu dari dua pesawat Nomad TNI Angkatan Laut, Kamis (3/3/2005) tampak berpatroli bersama dengan satu dari tiga kapal perang (KRI) di perairan wilayah Indonesia di sekitar Ambalat, yang diklaim Malaysia sebagai wilayahnya."][/caption] Setelah sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan tahun 1967 yang diperebutkan Indonesia dan Malaysia selesai, yang dimenangkan oleh pihak Malaysia melalui aksi tawar menawar (Bargaining) yang dibawa ke Mahkamah Internasional pada tahun 1998. Kini Blok Ambalat yang menjadi persengketaan edisi kedua antara Indonesia dan Malaysia mencuat kembali, Ambalat yang diyakini memiliki cadangan minyak dan gas berlimpah itu kembali menjadi perseteruan negara serumpun itu. Pada kali ini yang memicu ketegangan kedua negara atas sengketa ini ketika kapal-kapal dan pesawat-pesawat milik Angkatan Tentara Malaysia diketahui beberapa kali memasuki wilayah kedaulatan Indonesia. Hal ini membuat TNI AU geram dan segera mengirimkan tujuh kapal perang keperaiaran Ambalat untuk berpatroli menyusul berkeliarannya kapal-kapal dan pesawat Malaysia di perairan Ambalat. Dari awal sengketa ini muncul kepermukaan, kedua negara menyatakan siap berperang bila salah satu pihak baik Indonesia maupun Malaysia membuat keputusan sendiri tentang kepemilikan Ambalat. Anehnya sampai detik ini walaupun kedua negara terus bersitegang tetapi perang tak berkobar. Ini membuat masyarakat Indonesia kesal dengan sikap Pemerintah yang tidak berani melakukan tindakan tegas, mungkin ini terkait dengan kapabilitas militer kita. Pada suatu kesempatan, saya pernah berdiskusi dengan Pak. Juwono sudarsono (Menhan), ketika itu kami membahas tentang kapabilitas TNI, baik dari segi dana, pasukan dan yang paling vital adalah persenjataan, Indonesia bukan tidak berani perang dengan negara lain, tetapi keadaan persenjataan (Alutsista) kita tidak cukup untuk berperang dalam waktu lama, mungkin kita akan bisa menyerang hanya dalam waktu kurang dari satu bulan, setelah itu kita kehabisan amunisi dan ini akan membuat Indonesia akan hancur lebur bila terjadi serangan balik oleh pihak lawan. Kira-kira seperti itu pandangan dan penilaian Pak Juwono akan kapabilitas TNI. Sungguh sedih rasanya, negara sebesar Indonesia tidak mampu melindungi kedaulatannya secara maksimal. Bahkan kesenian dan kebudayaan Asli Indonesia yaitu Reog Ponoro dan beberapa kesenian serta kebuadayaan lain pun ikut diklaim oleh pihak Malaysia sebagai miliknya, tak bisa dipungkiri lagi bahwa National Security Indonesia benar-benar terancam dan Indonesia sendiri sejauh ini belum bisa bertindak tegas akan perampasan kedaulatan dan kebudayaannya sendiri. Sungguh ironis memang tapi kita sebagai anak ibu pertiwi berharap kelak Indonesia bisa lebih bisa melindungi bangsanya sendiri dan bersikap mandiri. Nurulloh




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline