Lihat ke Halaman Asli

Nurul Hanifah

Mahasiswi

Kecewa? Wajar, kok!

Diperbarui: 19 Agustus 2021   12:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang yang sedang kecewa dan frustasi (Sumber: unspash.com)

Pernahkah kamu merasa kecewa terhadap dirimu sendiri? Entah itu dikarenakan ketidakmampuanmu atau bahkan dikarenakan ketidakberdayaanmu? Ketidakmampuan ketika memang dirimu tak bisa menggapai di luar apa yang bisa kamu perbuat atau ketidakberdayaanmu ketika kamu memang tak bisa mengubahnya atau bersifat mutlak. 

Suatu hari saya benar-benar kecewa dengan diri saya sendiri dikarenakan saya tidak dapat menggapai yang menjadi harapan saya. Bukan karena tidak berusaha, tapi mungkin memang butuh waktu lebih untuk saya menggapainya. Sewaktu saya sekolah di SMA, salah satu mata pelajaran di sana adalah musik dimana diharapkan siswa dapat menguasai beragam alat musik di sana. 

Untuk pertama kalinya saya memegang alat musik yang bagi saya itu asing. Saya pikir mungkin saya bisa melakukannya, tapi ternyata tidak semudah yang saya bayangkan bahkan hanya untuk menyamakan irama dengan yang lainnya. 

Atau ketika penerimaan masuk perguruan tinggi. Saat itu saya sangat yakin dengan nilai saya, tapi mungkin takdir tidak berpihak kepada saya dan akhirnya saya pun tidak lulus penerimaan.

Ketika hal itu terjadi, saya cukup kecewa dengan diri saya karena saya tidak bisa menyalahkan siapa pun selain diri saya sendiri. Kenapa tidak lebih bekerja keras untuk berlatih? Kenapa tidak melakukan riset lebih terhadap pilihan yang ingin dipilih? Hal-hal inilah yang membuat saya kecewa dan stress. 

Dan mungkin ada kenapa-kenapa lainnya. Pada saat itu yang saya pikirkan adalah bagaimana itu bisa terjadi dan kenapa orang lain bisa, sedangkan sangat sulit bagi saya?

Pikiran-pikiran itulah yang membuat saya menjadi stress. Terlalu sulit untuk menerima keadaan dan terus menerus menengok ke belakang. Selain itu, juga dikarenakan tekanan-tekanan dalam diri saya untuk bisa menjadi unggul dan juga tuntutan-tuntutan harus mencapai sesuatu yang dibuat olah diri saya sendiri tentunya.

Terkadang saya iri dengan mereka yang memiliki ambisi yang besar untuk menggapai apa yang diinginkan. Tapi secara tidak langsung rasa iri itu membebani mental saya. Sehingga menciptakan tuntutan-tuntutan lebih terhadap diri saya. Dan akan merasa kecewa ketika semua tidak berjalan sesuai harapan.

Dari seringnya merasa kecewa itu, saya sadar. Saya belum mengenal diri saya. Saya belum bisa mensinkronkan antara pikiran dan perasaan sehingga saya sering merasa kecewa sendiri. Dan tentunya mental saya terlalu lemah bahkan untuk hal-hal kecil itu.

Nah, dari hal itu saya mempelajari banyak hal-hal baru. Hal-hal yang seringkali saya yakinkan pada diri saya adalah sebagai berikut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline