Lihat ke Halaman Asli

Nursalam AR

TERVERIFIKASI

Konsultan Partikelir

Kepo Korona Apalagi

Diperbarui: 9 April 2020   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa itu

Menarik sekali tulisan Dahlan Iskan yang beredar di media sosial termasuk di banyak grup Whatsapp (WA) tentang persebaran virus Korona atau Corona hari ini.

Kutipan bagian awal tulisan sang taipan media berjudul "Covid Apalagi" yang diposting di blog pribadinya pada Rabu, 8 April 2020 itu adalah sebagai berikut: 

"Masih ada lagikah yang perlu Anda ketahui tentang COVID-19? Rasanya tidak ada lagi. Anda sudah menjadi ahli Covid-19 sekarang ini -- lebih ahli dari dokter. Dokter hanya mau membaca yang masuk-masuk akal saja. Kita membaca apa pun yang ada di medsos -- asal dikait-kaitkan dengan Covid-19. Enough is enough."

Selanjutnya mantan menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu membahas tentang bahayanya kelewatingintahuan alias kepo soal COVID-19 hingga bisa membuat kita depresi karena efek ketakutan berlebihan terhadap wabah virus Korona tersebut.

Ya, intinya kepo dapat membunuh kita, jika berlebihan kadarnya.

Namun, sebagaimana ungkapan dalam bahasa Inggris yang berbunyi "Curiosity killed the cat, but the satisfaction brought it back", ada harga kepuasan di balik keingintahuan yang dapat membunuh itu. Inilah yang membuat kepo itu seperti candu, dilakukan terus-menerus dan kian meningkat dosisnya.

Omong-omong, apa sih kepo itu?

Banyak yang menduga "kepo" itu merupakan akronim dari Knowing Every Particular Object. Artinya, orang yang ingin tahu serba detail tentang segala hal.

Ada juga yang mengartikan "kepo" itu sebagai "kek polisi" atau "kayak polisi". "Kek" adalah kependekan dari "kayak" atau "seperti" dalam bahasa Betawi Jakarta. Maksudnya, orang yang kepo sering menanyai orang atau menyelidiki segala sesuatu seperti halnya polisi mengusut kasus kejahatan. Detail dan intens.

Sementara menurut Ivan Lanin, sang Wikipediawan bahasa Indonesia, "kepo" bukan merupakan serapan dari bahasa Inggris, tetapi serapan dari bahasa Tionghoa dialek Hokkian, "kay poh" atau "kaypo" yang lazim digunakan dalam bahasa Inggris dialek Singapura atau Singlish (Singaporean English). Sering juga disingkat "KPO". Artinya, orang yang ingin tahu segala hal atau nosey parker (overly inquisitive person). Hal ini mengacu pada tulisan karya Aussie Pete berjudul SINGLISH -- A Language Guide for Foreigners.

Jika kepo terus berlanjut menjadi kebiasaan yang kronis, akan muncul sindrom FOMO atau Fear of Missing Out alias ketakutan kehilangan informasi tentang segala sesuatu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline