Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Nur Mustakim

Benar-Benar Bukan Orang Benar

Pendidikan Ar-Rahman

Diperbarui: 12 September 2017   00:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Interaksi Guru Dengan Anak Didik (sumber : dok. pribadi)

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang sangat pokok keberadaannya dalam proses transisi manusia dari masa kanak-kanak menuju remaja, dari remaja menuju dewasa, dan dari dewasa sampai akhirnya meninggalkan alam dunia yang sementara ini. Jika dilihat dari urgentnya posisi pendidikan di proses kehidupan manusia, maka pemberian makna bahwa pendidikan adalah pondasi yang paling utama dari setiap individu manusia tidaklah berlebihan.

 Dapat dikatakan demikian karena segala aspek, segala urusan, atau segala unsur yang baru masuk ke dalam individu tentu akan berkaitan erat dengan unsur pendidikan. Dapat diilustrasikan sebagai berikut, seorang anak yang duduk di bangku sekolah dasar mempunyai rasa keingintahuan tentang cerita rakyat suatu daerah, dan anak tersebut menanyakan kepada ibu atau bapaknya, maka ibu atau bapak akan berusaha menceritakan cerita yang dimaksud. 

Disinilah terjadi suatu proses pendidikan, proses ketika ibu atau bapak menyampaikan cerita kepada anak merupakan suatu contoh aktivitas pendidikan yang banyak sekali diaplikasikan oleh masyarakat, bagaiamana cara penyampaian orang tua dalam bercerita kepada anak akan membuat cerita itu mudah terpatri dalam benak si anak, sehingga akan banyak anak yang mengerti betul tentang cerita-cerita di masa kecil mereka jika kedua orang tua dapat memberikan penyampaian dengan baik. 

Ilustrasi kedua dapat diambil contoh dari fenomena-fenomena yang telah banyak terjadi di era-era teknologi seperti saat ini, anak yang duduk di bangku sekolah tingkat menengah ingin mengetahui hal-hal baru atau tidak dapat dijangkau secara liveseperti laga sepak bola internsioanal, dengan hadirnya gadget akan sangat memudahkan anak-anak untuk mendapatkan informasi yang tak terbatas, lalu dimana letak unsur pendidikannya.? 

Unsur pendidikannya dapat ditemukan dalam pengawasan para orang tua kepada anak-anak. Anak-anak yang duduk di bangku menengah memang sedang mengalami masa transisi dari anak-anak menjadi remaja, daya serap akan informasi-informasi dari luar akan sangat mudah dicerna tanpa sortir, jika tidak ada bimbibingan dan pengawasan dari orang tua, tentu akan memilki dampak yang sangat berbahaya bagi proses pertumbuhan cara berfikir mereka.

 Lalu aktivitas pendidikan yang terjadi di berbagai tingakatan institusi pendidikan, juga merupakan contoh yang sangat nyata akan pentingnya pendidikan itu sendiri, intensitas kedekatan antara dosen dengan mahasiswa, guru dengan murid, ustadz dengan santri akan memiliki pengaruh yang kuat. Lalu bagaimana cara mendidik anak yang baik, bukan maksud untuk mengajari atau menyalahkan yang sebelum-sebelumnya, tapi hanya sekedar memberikan trobosan baru, mungkin sudah ada yang menggunakan, disini mungkin akan diulas kembali dari sudut pandang yang berbeda. 

Al-Quran yang merupakan pedoman kehidupan bagi seluruh umat manusia memiliki berbagai macam konsep dalam pendidikan, salah satunya adalah yang dijabarkan dalam surat Ar-Rahman. Dalam surat Ar-Rahman ayat pertama dan kedua disebutkan "Arrahman. 'Allamal Quran". Arti dari ayat tersebut adalah "Tuhan Yang Maha Pengasih. Yang telah mengajarkan al-Quran". Dalam ayat pertama, sifat Allah yang dimunculkan adalah Ar-Rahman,Yang Maha Pengasih. Dan di ayat kedua dijelaskan bahwa Allah telah mengajarkan Al-Quran. Ayat pertama yang sinkron dengan ayat yang kedua dengan sangat jelas menjabarkan bahwa Allah mengajarkan Al-Quran dengan sifatNya Yang Maha Pengasih. 

Diantara 99 Asmaul Husna, Allah berposisi sebagai Ar-Rahman(Yang Maha Pengasih) dalam mengajarkan Al-Quran, bukan berposisi sebagai Al-'Alim(Yang Maha Mengetahui) dan bukan pula dalam posisi Ar-Rosyid (Yang Maha Pandai). Ini merupakan suatu pemberian contoh yang diberikan Allah kepada para manusia, tentu semua ilmu di alam semesta ini merupakan ilmuNya dan berasal dariNya, bahkan semaju-majunya keilmuan dan teknologi yang dibuat oleh manusia dapat diibaratkan seperti setetes air diantara seluruh samudera yang ada, sedangkan ilmu-ilmu Allah tidak akan habis meskipun seluruh lautan menjadi tinta dan ditambah 7 lagi setelah keringnya. Lantas Allah sendiri tidak menggunakan Al-Alimdan Ar-Rosyiddalam mengajarkan Al-Quran, malah menggunakan rasa kasih sayangNya yang termaktub dalam surat tersebut sebagai Ar-Rahman.

Disini muncul rasa ketakjuban yang luar biasa, Allah yang Maha Ilmuwan saja, tidak berposisi sebagai Yang Maha Mengetahui dan Yang Maha Pandai tetapi berposisi sebagai Yang Maha Pengasih, dapat ditarik benang merah bahwa sifat pengasihlah yang harus ditonjolkan dalam proses pendidikan, dalam proses belajar mengajar, interaksi di sekolah, di kampus, interaksi antara dosen dengan mahasiswa, antara guru dengan murid adalah urusan kasih sayang, bukan urusan tentang penguasaan tentang suatu disiplin ilmu. Lantas bukan berarti penguasaan tentang ilmu mutlak tidak diperlukan, tetapi rasa dan nilai yang ditularkan dari dosen atau guru adalah rasa dan nilai tentang kasih sayang,

 guru atau dosen mungkin bisa berposisi sebagai pihak yang menyayangi dan mengasihi anak didiknya, yaitu para mahasiswa dan murid. Jadi, keberangakatan para pengajar dalam interaksi kepada anak didik hendaknya berasal dari rasa ingin menyayang dan mengasihi, bukan berangkat dari rasa kepemilikan ilmu lebih dari anak didiknya. Tentu keberangkatan adalah niat awal sebagai pondasi dalam menjalankan segala aktivitas yang dilakukan olehh setiap manusia. Niat yang baik tentu akan menghasilkan ouput yang baik. Jika awal keberangkatan menggunakan rasa lebih ilmu tentu akan berbeda saat pelaksanaan teknis jika dibandingkan dengan menggunakan rasa kasih sayang sebagai awal keberangakatan. 

Bukan maksud untuk mengkeritik, atau bahkan menggurui, tapi sekali lagi hanya menawarkan konsep baru yang mungkin hasilnya akan berbeda. Semoga dengan rasa kasih sayang kepad para peserta didik akan menambah dan meningkatkan kadar dan tingkat intelektual anak didik, bahkan bukan saja tingkat intelektual, anak didik diharapkan memiliki sudut pandang, cara pandang, jarak pandang, dan sisi pandang yang lebih baik lagi dalam menghadapi kehidupan yang mereka hadapi. Semoga.. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline