Lihat ke Halaman Asli

Nurmani

Belajar sepanjang hayat

Macet Rasa Rindu

Diperbarui: 27 April 2018   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjelang magrib, aku baru saja menyelesaikan tugas rutinku sebagai ibu rumah tangga. Aku baru ingat dengan anakku yangke 4.  Tadi pagi telepon saat aku sedang mengoreksi di kelas. Dia ingin lomba kaligrafi di SMP Alazhar, Cirebon pada hari sabtu tanggal 28 April 2018. Tentu saja dia butuh peralatan untuk lomba kaligrafi. Irhamni ijin ingin mengambil sisa uang jajannya.

Alhamdulillah, setiap bulan aku selalu melebihkan uang sakunya . Jadi saat saat seperti inilah , ketika ada kebutuhan mendadak  ia sudah tertolong. Aku baru sadar ini tanggal 26 hari hari terakhir di bulan April. sudah saatnya, aku  mengirim uang jajannya.  

Aku siap meluncur dengan motor mioku. Sementara itu suamiku sedang dalam perjalanan pulang menuju stasiun Bekasi. Aku bergegas membawa motorku menuju Candra baga, Marakas Pondok Ungu Permai. ATM BJB adalah tujuanku. DIlokasi inilah ATM yang terdekat dari rumahku.

Aku menyusuri jalan dengan kecepatan sedang. Aku pikir tidak baik kalau aku ngebut. ini menjelang malam. tidak seperti biasanya aku keluar rumah menjelang magrib. Aku tetap akan keluar, sebab aku sudah janji dengan Irhamni untuk mengirimnya uang jajan. 

Benar saja, baru 10 menit aku dijalan, azan magrib berkumandang. Aku tetap mengendarai motorku. Aku sedang tidak sholat. Jadi aku tetap membawa motorku dengan santai. Sampai diRawa silam, mobil dan truk mulai berhenti di sepanjang jalan . Aku berjalan ditengah melewati mobil mobil yang sabar  menunggu giliran untuk jalan. didepanku ada beberapa motor  yang balik arah menghindari macet. Aku tetap membawa  motorku pelan pelan.

Kemacetan semakin bertambah saat aku sudah dekat dengan perempatan jempatan Rawasilam. Asap knalpot mulai membuat aku sesak.  Sebelah kiriku mobil . Sebelah kananku motor motor yang tidak sabar ingin melaju. Aku lihat seorang pemuda berusia 17 tahun, memandu mobil avanza putih dari arah marakas . pelan tapi pasti, mobil avanza sedikit sedikit sudah mulai bergerak. Diikuti beberapa motor melaju pelan dibelakng.

Aku terdiam. Aku ingat anak anakku yang sedang menuntut ilmu jauh dari rumah. Aku ingat putraku yang ke empat besok akan lomba, aku ingat kakaknya  juga sedang mondok di Manis kidul, Kuningan. Akupun ingat juga anakku yang kedua, sedang kuliah semester 6 di UII. terakhir, aku juga  ingat anakku yang ke 1. Sedang apakah dia?  semoga sudah bersama suaminya dirumah kontrakannya.

Aku menikmati kemacetan ini dengan membayangkan anak anakku yang jauh dari rumah. Mereka sedang mencari ilmu jauh dari orang tua. Beruntung sekali, ke tiga anakku berada dalam lingkungan sejuk . Kuningan dan Yogyakarta tempat mereka saat ini jauh lebih bersih dan  lebih nyaman.  Oksigen yang mereka hirup lebihbagus  dibandingkan di Bekasi. Aku bersyukur anak anakku hidup di alam bebas polusi.

Motorku sedikit demi sedikit bergerak, pelan sekali, baru jalan sebentar aku harus mengerem lagi. sekali kali melihat kaki pengendara motor lain. akhirnya  aku mulai kepinggir karena ada peluang untuk bisa maju. Alhamdulillah selesai diperempatan jembatan Rawasilam, aku terbebas dari kemacetan. Aku bawa mioku dengan cepat menuju ATM BJB di Marakas. Selamat tinggal kemacetan . Aku bawa rinduku kepada anak anakku bersama angin malam.

Bekasi, 26 April 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline