Lihat ke Halaman Asli

Nurmani

Belajar sepanjang hayat

Sepanjang Jalan Menuju Sekolah

Diperbarui: 23 November 2017   17:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pagi ini aku lalui seperti hari hari kemarin. Sebelum kesekolah, aku sudah membuatkan teh buat suami, buat si mbah dan memberikan ikan cue kesukaan kucingku. Sedangkan aku , terbiasa sarapan disekolah. Biasanya makan nasi kuning , nasi uduk atau lontong dan bakwan.

Perjalanan   menuju ke sekolah sangat singkat dan cepat. Hanya sekitar 50 kilometer dari rumahku. Ditempuh dalam 5 menit saja aku sudah sampai di sekolah. Aku hanya berjalan kaki saja. 

Keluar dari rumah, menuju sekolah banyak yang aku saksikan. Sepanjang jalan aku melalui para pedagang kaki lima di pinggir jalan. Pedagang yang pertama aku temui diseberang jalan adalah tukang ayam, melangkah sedikit tukang tahu, sebelah nya tukang ikan, dilanjutkan tukang sayur dipertigaan ada tukang bubur kacang hijau. Aku berjalan perlahan tapi pasti. Setiap pedagang menyapaku, kalau sedang tidak ada pembeli. Jika aku melangkah cepat, diantara mereka akan komentar." Kok terburu buru bu"

Jika aku berjalan agak siang sedikit,ada yang komentar"kesiangan bu".

Dari pertigaan masih aku jumpai pedagang. Tukang kue mama AAn.

Ibu ini jualan kue kue tradisional. Mulai dari kue cucur, kue lopis, risol bahkan kue bola wijen.

Setiap aku melewati dagangannya, senyum manis dan sapanya selalu ada. Aku akan membalasnya sambil memberikan senyum manisku dan sambil berjalan . Sebelah dagangan kue ada pedagang ketoprak. Ku berjalan lagi ada tukang nasi uduk. Pedagang ini selalu ramai dikunjungi pembeli bermotor. Mungkin karena murah. Sebab sebungkus nasi uduk seharga 5000 rupiah. Sudah ada lauk semur tahu, mie dan 1 bakwan.

Pertigaan kedua sudah ada tukang sayur lengkap. Di warung ini bukan hanya sayur mayur saja. Buah buahan juga ada . Bang Madih dan istrinya juga berdagang minuman dan mie rebus buat anak anak sekolah saat istirahat.

Selain itu, dipertigaan ke dua seberang jalan ada tukang mainan. Pedagangnya bernama  Kang Arif, asal dari Kuningan. Dia selalu sudah mangkal dipojok pertigaan itu sebelum aku berjalan ke sekolah.  Biasanya akang ini mengasuh anaknya dulu ketika istrinya sedang mencuci dan bersih bersih. Setelah pekerjaan istrinya selesai, dia baru berangkat berdagang.

Dari pertigaan ke 2 , aku masih menemukan tukang dagang. Tapi yang ini aku temui menjelang pintu masuk gerbang belakang sekolahku. 

Setiap pagi aku bertemu dengan para pedagang disepanjang jalan menuju sekolah, merupakan pengalaman yng membuat aku harus banyak belajar dengan mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline