Lihat ke Halaman Asli

Nur Janah Alsharafi

Seorang ibu yang menyulam kata dan rasa dalam cerita

Laki-laki Tegar Adakalanya Jadi Korban

Diperbarui: 12 Februari 2019   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image from: pxhere.com

Laki-laki dan perempuan selalu saja menyisakan kisah. Adalanya kisah manis, adakalanya pahit. Ini bukan maya, ini adalah kisah nyata. Semoga ada hikmah di dalamnya.

Sosok Pertama adalah seorang laki-laki usia di bawah 40 tahun menceritakan dengan panjang tentang buramnya lembaran buku kehidupan rumah tangganya. 

Seorang laki-laki terpelajar, mempunyai kedudukan yang cukup baik di kantornya namun berasal dari keluarga sederhana. Kecerdasan dan kariernya lah yang membuatnya dapat menaklukan hati seorang gadis yang berasal dari keluarga kaya. 

Alasan bahwa gadis tersebut adalah satu-satunya anak perempuan membuat kedua orang tua gadis tersebut tidak mengizinkan mereka berdua pindah rumah. Ternyata hal itu membawa dampak yang menyakitkan. Lembar-lembar kelam alur gelombang rumah tangga dimulai. 

Makian, cercaan, hinaan yang dilakukan secara sistematis, konsisten, dan bertubi-tubi dilontarkan oleh sang istri dan ibu mertuanya. Laki-laki ini luar biasa, ia sabar dan terus berdoa untuk istri tercintanya juga untuk ibunda mertua.

Hingga kemudian lahir buah hati tercinta, ternyata episode kekerasan yang dialaminya makin meruncing. Apa yang harus dilakukan? Haruskah berpisah dengan istri cantik yang dicintainya dan buah hatinya yang tak berdosa? Ataukah ia harus bertahan hidup penuh kekerasan verbal yang tak jelas kapan selesai?

Kekerasan yang hadir hari demi hari, ibarat tikaman belati yang secara pasti mengikis perasaan cinta yang teramat nyeri. Perih awalnya, secara sistematis perih ini berubah menjadi orkestra duka cita yang berkepanjangan.

Sosok kedua adalah seorang pegawai sebuah perusahaan besar berusia jelang 45 tahun. Laki-laki ini berpenampilan rapi dengan tutur kata yang tegas dan sopan, mengesankan bahwa ia berpendidikan. Sama sekali tak mengira jika ia korban kekerasan.

Maskulinitas yang ditampilkannya ternyata berbanding terbalik dengan guratan nasib perjalanan hidup rumah tangganya. Istri cantik yang dinikahinya dengan penuh cinta dan dibiayai seluruh gaya hidupnya, ternyata berpaling ke lain hati. Istrinya lebih memilih laki-laki muda sebagai selingkuhan dan simpanannya. 

Laki-laki ini bersabar, laki-laki ini terus berusaha untuk dapat meraih lagi hati perempuan yang dicintainya. Entah sampai kapan kesabaran itu akan berbuah, hari-hari ia isi dengan ketegaran membesarkan buah hatinya.

"Papa, mama kapan pulang?" tanya anaknya yang hanya ia jawab dengan bahasa tubuh berupa pelukan dan gelengan kepala.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline