Lihat ke Halaman Asli

Nurhayati

Seorang ibu dan pecinta kucing

Belajar Ketangguhan Hidup dari Si Belang

Diperbarui: 28 Mei 2021   20:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tidak ingat awal mulanya  sampai banyak kucing dihalaman rumah kami. Yang masih terbayang dalam ingatan hanya seekor kucing yang sering datang ke halaman rumah dan kelihatan minta makan, kemudian dia datang lagi berulang ulang  hingga  akhirnya memberi makan kucing itu menjadi salah satu  bagian dari kegiatan kami.  Entah berapa tahun usia kucing itu sekarang, yang jelas anak-anak memanggilnya si Uyut. Dari keturunannya yang hidup sampai tulisan ini dibuat berjumlah 21 ekor.

Sepanjang perjalanan menyaksikan kucing-kucing itu, tidak ada sesuatu yang spesial atau perlakuan khusus untuk mereka. Namun, kadang ada momen dimana prilaku kucing itu memberikan sebuah pelajaran buat kami sendiri, diantaranya tentang kasih seorang ibu.

Pertama, saat sang induk sedang makan atau tidur. Dia rebahkan badannya ketika si anak menggelantung  sambil menyusui. Tak pernah terlihat  sang induk menghardik anaknya.

Berikutnya, suatu saat kami dengar sang induk mengeong - ngeong dengan kerasnya. Ternyata anaknya  tidak ada disekitarnya. Tampak sekali sang induk khawatir  akan keselamatan anaknya.

Selanjutnya, perilaku si induk kucing ketika bepergian. Seperti halnya seorang ibu, berat rasanya untuk pulang jika belum mendapatkan oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Begitupun kucing. si induk sering pulang membawakan oleh-oleh. Dia berteriak memanggil-manggil. Jika  anak-anaknya sudah berkumpul, maka oleh-oleh yang dia bawa diletakkan di depan ana- anaknya. Begitulah  "pemandangan" akan kasih sayang ibu yang kerap kami saksikan.

Selain itu adapula kisah tentang semangat hidup seorang kucing dari sakit parah. Salah satu kucing yang bernama Moi, kakinya terkena infeksi yang sangat parah akibat terluka ketika berkelahi dengan kucing saingannya.

Oh iya, MOI itu perjaka yang berparas menarik, bagi para gadis sesama kucing tentunya, sehingga membuat  perjaka  lainnya cemburu. Salah satu saingannya  bernama Si Maung  mungkin karena memiliki bulu belang seperti Maung (Harimau). Si Maung inilah yang membuat Moi terluka.

Kembali lagi pada luka Moi. Semakin lama infeksinya semakin parah,  menjalar kebagian lainnya dan  menimbulkan aroma yang tidak sedap (bau dalam Bahasa sunda) dan menjijikkan. Kami sangat khawatir melihat kondisinya, jangan-jangan Moi akan kehilangan kakinya.

Kemudian kami bawa dia ke dokter, dengan harapan dokter bisa menolongnya. Di luar dugaan, sebelum Moi dikeluarkan dari karung yang dipakai untuk membawanya, dokter melarang untuk mengeluarkan Moi mungkin karena  sudah mencium bau yang tidak sedap. Beliau menanyakan  kondisi kaki Moi. Kami katakan sebagian dagingnya sudah membusuk terutama kaki bagian bawah sehingga tulang tulang jarinya sudah kelihatan jelas. Karena kondisi ini, dokter menyuruh kami membawa Moi ke Bandung untuk diamputasi sebelum keadaannya bertambah parah.

Kami berpikir dua kali untuk membawanya ke Bandung. Disamping biayanya mahal , kami juga tak sampai hati kalau Moi harus dipotong kakinya. Akhirnya saya memutuskan untuk merawatnya di rumah saja dengan obat-obatan yang bisa terjangkau dengan dibantu obat-obat tradisional.

Singkat cerita, setelah kurang lebih 3  bulan dalam perawatan, Alhamdulillah , tak terhingga bahagianya kami. Moi tidak harus kehilangan kakinya. Allah telah menyembuhkannya. Dia bisa berjalan  kembali meskipun agak sedikit pincang . Tulang kaki yang tadinya sudah kelihatan karena dagingnya membusuk , sudah terbungkus daging yang ditumbuhi bulu  lagi. Maha Perkasa Allah untuk mewujudkan kehendak - Nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline