Lihat ke Halaman Asli

Nastiti Cahyono

karyawan swasta

Pancasila Demi Persatuan Indonesia

Diperbarui: 30 Maret 2018   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

nu.or.id

Pada tahun politik seperti sekarang ini, tensi emosi antar kelompok sudah mulai menunjukkan gejala meningkat. Kita pernah menyaksikan sendiri saat Pilkada Jakarta, tensi antar kelompok juga meninggi. Satu pihak saling curiga terhadap pihak lain dan sebaliknya.

Saat itu kita menyaksikan bahwa satu pihak bisa merasa lebih tinggi dari yang lain.Satu pihak merasa berhak atas surga dibanding yang lainnya. Satu pihak merasa bahwa apa yang diyakininya saat ini adalah kebenaran mutlak. Pihak-pihak itu berwujud organisasi kemasyarakatan (ormas). 

Tak jarang dalam menjalankan apa yang diyakininya itu , para pihak-pihak itu menerapkan faham-faham radikal. Mereka ingin mendirikan negara yang berdasar keyakinan mereka itu untuk Indonesia. Mereka banyak meyusup ke banyak kalangan di Indoensia dan menyebarkan faham agama yang radikal.

Padahal kita tahu bersama bahwa Indonesia didirikan berdasar atas kemajemukan dan berbagai perbedaan yang ada di wilayah yang luas ini. Mulai dari adat, budaya, keyakinan sampai bahasa. Belasan ribu pulau, ribuan adat dan budaya sampai bahasa yang berbeda membentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote.

Kita juga sudah menetapkan dasar negara yang diyakini dapat diterima oleh banyak golongan di Indonesia, yaitu Pancasila. Pancasila adalah jalan tengah bagi persatuan Indonesia. Pancasila digali dari nilai-nilai luhur yang berasal dari Indonesia. Kearifan lokal dan spirit keagamaan, kita sebagai bangsa masih bertahan sampai sekarang. Karena  itu kita harus tetap mempertahankannya.

Karena itu dalam konteks negara kebangsaan, ada beberapa hal yang seharusnya kita perhatikan oleh kita, warga Indonesia yang ingin selalu mempertahankan Pancasila. Pertama, jangan sampai satu kelompok merasa lebih dominan atau merasa lebih super dibanding kelompok lain. Kedua, seharusnya kita menyelesaikan persoalan bangsa dan negara dengan memakai akal sehat dan mendahulukan kepentingan orang banyak. Ini yang disebut toleransi dalam konteks bernegara.

Ketiga, sebaiknya jangan sampai terjadi satu organisasi masyarakat (ormas) memaksakan keinginan komunitasnya kepada negara berdasar keyakinan subyektif dan sempit. Keempat, selalu yang mesti dilakukan adalah dialog atau musyawarah mufakat menjadi pintu masuk dalam menyelesaikan bnyak hal demi kepentingan bersama. Ini semua kita lakukan demi Persatuan bangsa Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline