Lihat ke Halaman Asli

Nugroho Endepe

Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Kartasura, Kejayaan Mataram yang Hilang

Diperbarui: 9 Februari 2021   00:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Situs makam Kartosura (Foto: Kompas.com)

Provinsiku istimewa, ya pasti saya akan tidak bisa melupakan Daerah Istimewa Yogyakarta. Bukan sekedar karena beken sebagai Kota Pendidikan, Kota Budaya, Kota Seribu Candi (hehehe.. belum dirilis kan..), juga karena sejarah DIY adalah benar-benar istimewa.  Mataram yang terpisah sejak Perjanjian Giyanti 1755 M, menjadi Kraton Yogyakarta dan Kraton Surokarto, maka semua generasi perlu belajar lagi terhadap sejarah. 

Apakah yang bisa kita pelajari dari sejarah? Bung Karno sudah mengatakan, jasmerah, jangan sekali kali melupakan sejarah. Sebuah kisah berjayanya Kerajaan Mataram, yang sempat menggoyangkan kekuasaan VOC Kolonial di Jakarta. 

Sejarah pertama beribukota di Kotagedhe, Yogyakarta. 

Lantas pindah ke Pleret, Bantul Yogyakarta.

Lantas pindah ke Kerto, yang selanjutnya disebut Kartosuro. 

Lantas pindah lagi ke Surakerta, sementara di sisi lain berpindah ke Yogyakerto. Dengan masuknya perjanjian Giyanti membelah Mataram menjadi Pakubuwanan di Surakarta, dan Hamengkubuwanan di Yogyakarta. Kedua kerajaan ini masih eksis sampai sekarang, namun secara evolusi mulai berkurang pengaruhnya kepada rakyat yang semakin beragam.

Sejarah Anti Kolonialisme 

Masa awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam ini dimulai dari sengketa yang ditandai dengan pembunuhan terhadap Haryo penangsang di Jipang, Blora, dan perebutan wilayah Pajang oleh Sutawijaya. Sengketa ini berakhir dengan berdirinya Kerajaan Mataram yang otonom terpisah dari Pajang yang sebelumnya adalah afiliasi ke Kerajaan Demak Bintoro. 

Lalu, dalam perkembangannya Kerajaan Mataram menjadi salah satu Kesultanan Islam, selain yang ada di Pulau Sumatera dan Kalimantan serta Sulawesi ,  yang dinilai berkembang di tanah Jawa. Kerajaan Mataram intensif melakukan proses edukasi dan kampanye literasi melalui translating buku, rutin menerjemahkan naskah Arab dan menerjemahkan Alquran ke bahasa Jawa. BAhkan dikenal salah satu rajanya, Sultan Agung adalah intelektual yang menyukai karya sastra dan senang belajar kitab suci AL Quran.  Selain itu,  kesultanan ini juga banyak mendirikan pesantren yang menjadikan wilayahnya sebagai pusat agama Islam di tanah Jawa. 


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline