Lihat ke Halaman Asli

Nugroho Endepe

Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Pejabat Ditangkap KPK dan Satrio Kinunjoro

Diperbarui: 25 November 2020   19:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Visualisasi satrio piningit (foto: narasikita.com)

Pilpres 2024 kembali menghangat ketika seorang pejabat menteri ditangkap KPK. Timbang gak enak hati, sebaiknya nama tidak saya sebut. Toh, sudah banyak yang memberitakan. Saya akan sedikit bercerita tentang kisah para kesatria, perwira terpelajar, kelas menengah terdidik, yang disebut secara budaya jawa sebagai Satrio. 

Terkait dengan eksistensi para satrio, ada beberapa mitologi sebagai berikut; 

(1) Era Satrio Piningit 

Era ini ketidakadilan merajalela. Ksatria utama masih bersembunyi tidak ketahuan ada di mana. Ratu Adil masih menyimpan misteri. Kejahatan merambah di semua lini. 

Pemimpin berkuasa tanpa batas. Satrio mau muncul, ditumpes kelor, dihabisi tanpa ampun. Lawan politik tidak berani muncul di permukaan. Intelektual hanya bersembunyi di menara gading. Berteori tentang demokrasi, namun tidak ada realisasi. 

Satrio masih piningit. Disembunyikan. Tidak diketahui keberadaannya. 

Era ini, konon, di era Orde Lama dan Orde Baru. Kaum intelektual hanya digunakan untuk melegitimasi kekuasaan. Tumpul. Katanya lohh... ojok nesu.. jangan marah,.. ini hanya katanya ...Disclaimer: saya juga gak tahu loo... ini hanya teori teori begini

(2) Era Satrio Wirang 

Reformasi datang. Kaum muda bangkit, kelas menengah  terdidik mulai muncul. Banyak orang menduga, kepemimpinan akan jatuh ke tangan pemuda. Anas Urbaningrum, kader mahasiswa yang melonjak naik bagaikan meteor ke langit. Siapa lagi... Budiman Sujatmiko, klandestin eks PRD tampil ke permukaan. Juga banyak kader pemuda dari organisasi militan, maupun non militan. Merah putih, maupun merah saja, atau putih saja, atau pelangi. 

Habibie, mewakili kelas menengah terdidik, menjadi presiden seakan-akan hanya transisi.  Gus Dur naik, dibantu oleh kekuatan parlemen kendali Amien Rais, menjadi presiden. Gonjang ganjing ... di tengah jalan, Pak Amien Rais menghentikan Gus Dus, dan menaikkan Bu Megawati Sukarno Putri.  Banyak orangg berharap, ketika itu, Bu Mega adalah mewakili proletar dan gerakan demokrasi. Sayangnya, pilres berikutnya kalah dan naiklah Pak Susilo Bambang Yudhoyono yang didukung  besar internasional sebagai presiden, tidak main-main, 2 periode berturut-turut selama 10 tahun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline