Lihat ke Halaman Asli

Suprihati

TERVERIFIKASI

Pembelajar alam penyuka cagar

"Cenik Jegeg", Cantiknya Dedaunan dalam Selembar Scarf

Diperbarui: 16 Juli 2018   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cenik jegeg ecoprint (dokumentasi pribadi)

"Ini mewujudkan mimpi mantan calon sinder hutan yang wurung/batal" terang Mbak Ketut, sahabat kebun tentang karya wastra yang digelarnya. Cenik jegeg art ecoprint, demikian penanda yang diusungnya.

Cenik jegeg... terasa nuansa Bali, cenik si mungil dan jegeg nan manis, ooh cenik jegeg si mungil yang manis. Klop dengan tampilan sang penggagas, pun gaya karya yang menggoda untuk disampirkan di pundak.

Dedaunan dalam selembar scarf

Kala seorang guru biologi, menjelaskan aneka bentuk daun dari menjari, mirip hati hingga pita. Serentak dahi bocah-bocah kecil membentuk kerut samar. Coba lepaskan anak didik ke kebun bebas, sila pilih beberapa daun yang dapat terjangkau.

Lalu sang guru memilahkan berdasar bentuk dan menjelaskannya. Yakin, kenangan itu akan terpatri lebih lama. Belajar menjadi menyenangkan.

Demikian juga kiranya konsep yang diusung oleh Mas Kikis dan Mbak Ketut. Memindahkan kebun dalam sehelai syal. Kenangan keteduhan kebun terasa membalut pemakai syal.

dedaunan dalam selembar scarf (dokumentasi pribadi)

Siapa sangka dedaunan ala kebun ini membentuk pola yang terasa adi. Tiada helai daun yang sama jenispun akan menghasilkan pola print yang sama. Keunikan print cetak alami dipindahkan ke sehelai bahan.

Hasilnya setiap lembar scarf akan beda corak. Pola jiplak sederhana yang dilakukan semasa kanak-kanak menginspirasi karya seni. Bahkan selembar daun krowak digigit ulatpun terdokumentasi dalam scarf.

Bahan scarf yang digunakan bervariasi dari sutra murni hingga aneka bahan melirik selera konsumen. Kerumitan pola dan pewarnaan menentukan penetapan harga. Warna alaminya menyuguhkan scarf pastel yang anggun.

Bahan pewarna alami

Mengagumi warna pastel yang cenderung kehijauan hingga kecokelatan mengingatkan pada tenun wastra daerah bagian Timur, semisal Sumba. Ternyata sama-sama menggunakan warna bahan alami. Mas Kikis menunjukkan besek anyaman bambu berisi aneka pewarna alami.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline