Lihat ke Halaman Asli

Jangan Biarkan Anemia Berdampak pada Generasi Penerus

Diperbarui: 17 Juli 2022   16:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kehamilan merupakan pengalaman berharga dan istimewa bagi semua wanita yang dititipkan Tuhan untuk melahirkan generasi yang sehat dan cerdas. 

Dikatakan berharga dan istimewa karena tidak semua wanita mengalami hal yang sama. Perasaan dan pengalaman berharga ini dapat berubah menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan jika kehamilan yang penuh dengan bahaya bagi kehidupan ibu dan janin dalam kandungan. Salah satu risiko tersebut adalah anemia selama kehamilan.

Anemia merupakan masalah kesehatan yang dapat menyerang orang dari segala usia.Anemia terjadi bila jumlah sel darah merah dalam hal ini tidak mencukupi untuk hemoglobin (Hb). 

Anemia dapat dibagi menjadi tiga kategori: anemia ringan, sedang, dan berat. Orang dengan anemia menunjukkan tanda dan gejala seperti pusing, kulit pucat, konjungtiva pucat, detak jantung meningkat, malaise, dan kehilangan nafsu makan. 

Jika hal ini terjadi selama kehamilan, dapat mengurangi kemampuan darah untuk membawa oksigen yang cukup ke seluruh jaringan tubuh, termasuk janin dalam kandungan. 

Penyebab anemia adalah kekurangan zat besi, yang dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain: Makan makanan yang rendah zat besi, pendarahan, parasit usus, dan kurangnya produksi Hb.

Anemia yang terjadi selama kehamilan tidak hanya berdampak pada ibu tetapi juga janin. Anemia selama kehamilan dapat menghambat aliran oksigen dan nutrisi yang membawa darah ibu dari plasenta ke janin. 

Akibatnya, janin dalam kandungan mengalami gangguan perkembangan, yang dapat mengakibatkan lahirnya bayi dengan berat badan lahir rendah.Sebaliknya, anemia berat selama kehamilan dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan janin.

Anemia yang terjadi di Indonesia lebih banyak disebabkan oleh anemia defisiensi besi atau iron deficiency anemia (ADB) merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Kejadian anemia akibat kekurangan zat besi dapat terjadi secara turun temurun. 

Artinya, anemia dapat ditularkan ke janin oleh ibu hamil mulai dari pertumbuhan dalam kandungan hingga masa kanak-kanak sampai masa remaja. Anemia yang terjadi pada masa balita dan anak berawal dari kekurangan zat gizi mikro pada 1.000 hari kehidupan pertama. Oleh karena itu berdampak pada penurunan kecerdasan anak dan menurunkan IQ anak.

Hubungan antar kekurangan zat besi dengan penurunan kecerdasan dan IQ anak adalah karena kekurangan zat besi dapat menghambat pembentukan zat neurotransmiter yang sangat penting dalam mengendalikan emosi dan pemusatan perhatian anak, menghambat pertumbuhan sel otak dendritik sehingga hubungan antar sel otak mejadi tidak kompleks dan memperlambat proses komunikasi, mengganggu pembentukan selubung saraf yang mengganggu penglihatan, pendengaran, dan perilaku. Pada masa remaja anemia dapat mempengaruhi produktivitas dan kemampuan belajar anak di sekolah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline