Lihat ke Halaman Asli

Panji Saputra

Makelar Kopi

Kerangkeng Perpustakaan dan Yang Laten

Diperbarui: 4 Maret 2020   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dubespoker.com

"Tak masalah aku di penjara. Namun aku ingin dipenjara bersama buku. Karena bersama buku aku bisa bebas."Bung Hatta

Saya sering meminjam buku di perpustakaan tempat saya menimbah ilmu di salah satu perguruan tinggi satu-satunya Islam yang ada di Sulut. Batas peminjaman hanya bisa sepekan sekali. Selebihnya anda akan dikenai denda yang membuat kantong anak kos (seperti saya) menangis.

Tentunya saya tidak ingin demikian. So, jangan sampai terlambat mengembalikan buku.

Pada perpustakaan itu, saya punya pinjaman dua buah buku yang salah satunya mengantarkan saya berkenalan dengan sosiolog asal paman sam "Goerge Ritzer" yang berhasil menjembatani paradigma sosiologi yang sering bentrok (konflik) satu sama lain itu lewat karyanya "Sociology: A Multiple Paradigm Science (1975a)", "Modern Sociological Theory" George Ritzer dan Douglas J. Goodman.

Dua buku dengan masing-masing di atas lima ratus halaman tentunya tidak bisa dihatamkan oleh saya (generasi yang tak bisa lepas dengan gawai) hanya dengan sepekan. Kalau bisa, saya yakin Itu pasti mukjizad.

Walhasil, dalam sepekan saya sekali masuk kampus hanya untuk memperpanjang hasil pinjaman. Yah, sekali dalam sepekan saya masuk kampus. Saya adalah mahasiswa semester akhir yang entah kapan sarjana yang sudah tidak ada lagi mata kulia. Semester ini. Semester depan masi ada mata kulia kontrak.

Dengan aktivitas semacam menjalani tahanan rumah yang setiap minggunya wajib lapor, kiranya itu yang saya rasakan. Aktivitas berpengetahuan macam apa ini?

Kalau bung Hatta bersama buku ia bisa bebas, kalau saya, bersama buku hasil pinjaman dari perpustakaan, terpenjara sambil bisa berjalan bebas berlenggang.

Dalam pandangan Weber yang kental dengan tradisi Marxian, smoga saja saya tidak keliru (baru melihat pucuk daun berbicara seisi hutan) tentang rasionalitas:

"Rasionalitas meliputi proses berpikir aktor dalam membuat pilihan mengenai alat dan tujuan. Dalam hal ini pilihan dibuat dengan merujuk pada kebiasaan, peraturan dan hukum yang diterapkan secara universal."

Weber melihat birokrasi (dan proses historis birokrasi) sebagai contoh klasik rasionalisasi, contoh terbaik rasionalitas dewasa ini mungkin adalah restoran cepat saji-nya (fast-food) "Ritzer 2000".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline