Lihat ke Halaman Asli

Khairunisa Maslichul

TERVERIFIKASI

Profesional

Serunya Belajar Membatik di Yogya bersama JNE dan Kompasiana

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14174009821379894678

[caption id="attachment_379572" align="aligncenter" width="448" caption="Workshop Membatik dari JNE yang dihadiri Kompasianer"][/caption]

Kalau ingin pintar jelas harus belajar. Nah, kalau ingin pintar sekaligus sabar, maka belajar membatik adalah salah satu caranya. Saya bersama para Kompasianer sudah merasakannya sendiri saat belajar membatik dalam rangka HUT JNE ke-24 tahun ini di Yogya.

Selama ini, saya hanya tahu caranya membeli, menawar, dan memakai kain batik. Ya, baru sebatas itu. Belum pernah terpikir sebelumnya di benak saya untuk belajar membatik. Toh, kalau bisa membeli jadi, kenapa harus repot-repot membuat sendiri?

Namun, ketidakpedulian saya akan seni membatik seketika sirna saat saya mengunjungi Yogya baru-baru ini. Belajar membatik bersama Putra Putri Batik Nusantara 2014 termasuk salah satu rangkaian acara ulang tahun ke-24 JNE. Kegiatan membatik tersebut berlangsung pada hari Sabtu, 29 November 2014 dan bertempat di Sekar Kedhaton, Yogyakarta.

Mbak Dewi, salah seorang staf JNE dari Departemen Media Relation yang mengurus keberangkatan para Kompasianer ke Yogya, mengingatkan saya kembali via telepon pada hari Rabu pukul 4 sore, 26 November 2014 (dua hari sebelum keberangkatan) untuk membawa minimal dua buah baju batik selama kunjungan ke Yogya. Sebelumnya memang sudah ada email dari JNE yang berisi tentang itinerary dan dress code yang harus digunakan para Kompasianer.

Agar aman dan nyaman, saya memutuskan untuk membawa tiga buah baju batik. Inilah dua dari tiga baju batik yang saya bawa dan kenakan saat di Yogya. Keduanya sama-sama berwarna hijau. Bedanya hanya satu berwarna hijau tua dan satu lagi hijau muda. Namun, keduanya bermotif berwarna cerah dan berbunga-bunga. Mirip suasana hati dan perasaan saya selama di Yogya selama acara JNE dan Kompasiana Blog Trip.

[caption id="attachment_379574" align="aligncenter" width="448" caption="Batik hijau bunga-bunga putih dan hijau milik penulis"]

14174011762104698459

[/caption]

Pukul 11.30 siang, rombongan media dan blogger berangkat menuju Sekar Kedhaton dari Hotel Eastparc Yogyakarta. Seperti biasanya, sebelum bus melaju menuju tempat tujuan, staf Media Relation Department dari JNE rutin mengabsen semua anggota rombongan untuk memastikan semuanya sudah berada dalam bus. Nah, kali ini giliran Mbak Dewi yang bertugas mengabsen tim media dan blogger. Berbalutkan atasan batik merah, Mbak Dewi yang ramah dan bersahabat ini dengan semangat 45 melalui suaranya yang khas sekaligus menenangkan mengecek satu-per satu kehadiran penumpang bus.

[caption id="attachment_379576" align="aligncenter" width="336" caption="Halo! Sudah di bus semua? tanya Mbak Dewi dari JNE sebelum pergi"]

14174013482055507759

[/caption]



Perjalanan menuju Sekar Kedhaton hanya memakan waktu sekitar 40 menit. Selain awak media dan blogger, sudah ada tim manajemen dari JNE yang tiba duluan di sana. Para tamu JNE dipersilakan untuk menikmati makan siang terlebih dahulu yang sudah disiapkan tuan rumah sebelum acara workshop membatik dimulai. Saya dan Kompasianer dari Yogya, Mbak Riana Dewi, menikmati makan siang di Sekar Kedhaton pada satu meja bersama Mbak Hendrianida Primanti (Ria), Head of Media Relations Department, dan Mbak Ririn dari JNE Cabang Yogyakarta.

[caption id="attachment_379578" align="aligncenter" width="336" caption="Sekar Kedhaton, tempat belajar membatik"]

14174015221188468523

[/caption]

[caption id="attachment_379579" align="aligncenter" width="448" caption="Mbak Ria dari JNE Jakarta (berkacamata) dan Mbak Ririn dari JNE Yogya"]

1417401652852906750

[/caption]

Sekitar pukul 1 siang, kegiatan membatik dimulai setelah kehadiran Bapak Johari Zein selaku Managing Director JNE di lokasi acara. Sabtu siang itu, beliau menggunakan batik lengan panjang berwarna hitam. Para MC acara yang terdiri dari Putri Batik Nusantara 2014 yang bergaun batik hitam dan Putri Persahabatan Batik 2014 dengan batik kombinasi merah serta biru muda mengawali acara dengan mempersilakan salah seorang rekan mereka yang bernama Anisa (tujuh besar finalis) untuk menari. Saya lupa nama persis tarian yang dibawakannya. Intinya, setelah menari, Anisa mengungkapkan bahwa tarian yang baru saja dipertunjukkannya tadi merupakan rangkaian cara membatik sejak awal dibuat hingga kain batik siap untuk digunakan.

[caption id="attachment_379581" align="aligncenter" width="336" caption="Pak Johari Zein, Managing Director JNE menunggu sejenak sebelum acara membatik imulai"]

1417401800422175519

[/caption]

[caption id="attachment_379583" align="aligncenter" width="336" caption="Tarian batik oleh salah satu finalis Putri Batik Nusantara 2014"]

1417402254366859005

[/caption]



Selanjutnya, Putra Batik Nusantara 2014, William yang berasal dari Bandung, memaparkan cara pembuatan batik. Sebelumnya dia meminta Pak Johari untuk maju ke depan dan menunjukkan batik yang beliau pakai. Pak Johari ternyata memakai batik tulis. William berbagi ilmu tentang batik serta cara mengetahui jenis-jenisnya.

Batik sendiri berasal dari bahasa Jawa: ‘amba’ artinya menulis dan ‘titik’. Jadi batik berarti 'menulis titik'. Batik termasuk karya seni yang merupakan salah satu identitas asli bangsa Indonesia dan memiliki arti di setiap gambarnya. Patut dicatat dan diingat, pembuatan batik harus menggunakan malam/lilin dan canting. Kalau begitu, batik yang dibuat tanpa malam dan canting apakah masih bisa disebut sebagai batik?

[caption id="attachment_379582" align="aligncenter" width="448" caption="Putra Batik Nusantara 2014, William, berbagi ilmu tentang batik"]

14174019831364903612

[/caption]



Ternyata, hanya ada 3 (tiga) jenis batik menurut cara pembuatannya. Perlengkapan batik sendiri terdiri atas malam/lilin, canting, kain, dan kompor. Inilah detilnya:

1. Batik Tulis

Batik ini paling rumit dan memakan waktu terlama saat pembuatannya karena menggunakan malam/lilin dan canting yang langsung digoreskan di atas kain secara manual. Tak heran, harganya juga menjadi yang termahal di antara ketiga jenis batik.

2. Batik Cap

Bedanya dengan batik tulis, batik cap tidak menggunakan canting. Malam/lilin langsung dicap di atas kain. Biasanya cap menggunakan suhu tinggi agar lilin menempel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline