Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Ical Dukung PDIP: Singkirkan Abraham Samad, Demokrat, Prabowo, Lalu Sodorkan Jusuf Kalla

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lobi politik tingkat tinggi tengah digelar malam ini (18/05/2014) oleh Aburizal Bakrie. Isian tiga keputusan Rapimnas Golkar tak ada yang baru. Intinya memberi wewenang apapun kepada Aburizal Bakrie untuk menentukan arah koalisi. Tiga opsi itu hanyalah butir-butir amunisi untuk melakukan tekanan dan posisi tawar kepada Megawati. Dalam pertemuan dengan Megawati, pada awalnya ARB menyodorkan dirinya sebagai cawapres untuk Jokowi.

Dikabarkan Megawati menolak dengan santun pencawapresan ARB tersebut. Jokowi pun dengan elegan juga tak menunjukkan tolakan keras terhadap ARB - tidak seperti Hasjim Djojohadikusumo yang serta-merta menolak secara kasar Ical sebagai cawapres Prabowo. Komunikasi politik terhadap Gerindra dari Golkar serta-merta terhenti akibat pernyataan adik Prabowo yang tak santun politik tersebut akibat sikap merasa Prabowo pasti menang dalam pilpres 9 Juli 2014. Mega dan Jokowi menekankan pentingnya kompetensi dan elektabilitas serta profesionalisme yang sesuai dengan kebutuhan di masa depan.

Namun, bukan Golkar jika ARB tak menempatkan dan memijakkan kaki di pihak Jokowi yang diyakini akan menang. Golkar menyorongkan Jusuf Kalla dan ARB akan mendukung dan bergabung dengan koalisi PDIP. Pernyataan ini benar adanya. ARB mengorbankan dirinya sendiri demi mencari jalan tengah dengan tokoh alternative selain Ical dari Golkar - karena Megawati dan Jokowi menyadari bahwa elektabilitas Ical tergolong rendah dan akan menggerus suara jika Ical maju mendampingi Jokowi.

Pada saat yang bersamaan dengan kesepakatan antara Ical-Mega-Jokowi, maka Abraham Samad dan juga Mahfud MD dipastikan tersingkir. Kompromi politik dan tekanan Golkar sebenarnya tidak besar karena JK memang sudah sejak lama dilirik oleh Megawati dan Jokowi. Namun, mengingat Golkar adalah partai yang besar, maka Golkar memerlukan exit yang elegan. Nah, Golkar tidak kehilangan muka dengan mengajukan JK sebagai cawapres yang didukung sepenuhnya oleh Golkar. Bahkan Ical secara tegas mengancam jika ada kader yang menjadi cawapres harus keluar dari Golkar.

Kompromi politik tersebut merupakan gabungan dari idealisme (Jokowi) dengan kekuatan riil politik (JK-Golkar) yang akan memastikan kemenangan Jokowi-JK dalam satu putaran. Di sisi lain, Demokrat telah kehilangan momentum dan akan netral. Kenapa netral? Karena Demokrat bermohon berkoalisi dengan PDIP tak disambut sama sekali oleh Megawati. Demokrat juga tak tertarik mendukung Prabowo karena jelas kemungkinan menang Prabowo jauh lebih rendah dibandingkan dengan Jokowi. Insting politik SBY sangat tajam - namun untuk menyerahkan leher kepada PDIP, SBY jelas gengsi.

Kondisi Demokrat yang kesepian itu dimanfaatkan oleh Ical-Mega untuk menguatkan kemenangan satu putaran Jokowi melawan Prabowo. Sementara pertemuan Ical dengan Prabowo tak akan menghasilkan apapun karena Prabowo tetap telah sepakat dengan Hatta Rajasa sebagai cawapres. Pertemuan Ical dan Prabowo hanya akan menghasilkan kesantunan politik semata dari Golkar yang sangat cerdas dalam berpolitik - yang telah mencampakkan Demokrat menjadi partai kesepian sendiri.

Jadi, kompromi politik yang diambil adalah Jokowi didampingi JK dengan dukungan Golkar. Dukungan Golkar (14%) telah melengkapi koalisi sebelumnya PKB (9%), Hanura (5%), PDIP (18%), dan NasDem (7%) telah cukup untuk memenangi pilpres satu putaran bagi Jokowi dilihat dari sisi kekuatan partai koalisi pendukung.

Salam bahagia ala saya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline